Harian Sederhana, Depok – Tahun ajaran baru 2020/2021 tidak ada persiapan khusus bagi sekolah menengah kejuruan (SMK) swasta.
Hal ini tidak seperti biasanya, seperti pada ajaran baru sebelumnya melakukan sosialisasi dengan mengumpulkan orang tua calon siswa, karena larangan berkumpul terkait pandemic yang kini memasuki new normal.
SMK Bina Insan Madani, sekolah 6 tahun berdiri, namun pada tahun ajaran baru saat ini tidak ada persiapan khusus saat menerima siswa baru. Hal ini tidak biasanya dilakukan, lantaran semua sekolah, bahkan di belahan dunia terkena dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Sekolah yang beralamat di Kelurahan Pasar Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok ini mempersiapkan PPDB apa adanya. “Kalo sebelumnya orang tua calon siswa kita kumpulkan sebelum aktifitas belajar dan mengajar sekolah dimulai, namun kali ini berbeda,” ujar Otong Sugito kepada Harian Sederhana, Senin (1/6).
Perbedaan dimaksud, lanjut Otong, karena dipendemi yang sudah memasuki new normal, namun belum ada keputusan dari pemerintah hingga kapan sekolah di Indomesia, khususnya di Depok mulai masuk.
“Inilah yang menjadi pertimbangan, karena masuk sekolah belum ada keputusan dari pemerintah,” tuturnya.
Meski begitu, dirinya sudah mengantisipasi jika ada keputusan dari pemerintah tentang masuk sekolah sudah dipastrikan, sehingga kegiatan belajar di sekolahnya berjalan.
SMK program studi pemasaran dan perdagangan, sudah memeiliki siswa baru sebanyak 63 pada tahun ajaran 2020/2021. Hal dibuktikan dengan pengembalian formulir oleh masing-masing siswa.
Dipilihnya sekolah tersebut, karena pengelolan manajemen menganut azas kekeluargaan. Artinya, siswa yang belum ada uang untuk biaya pembelian baju seragam, olahraga, dan pakaian batik diberiakan kelonggaran. Hal ini untuk meringankan warga setempat bersekolah.
“Dari 63 siswa yang mengembalikan formulir ada sekitar 20 orang yang belum membayar, namun mereka meminta waktu pembayaran. Bagi sekolah kami itu engga masalah, apalagi mereka bermukim di Pasir Putih, sehingga tidak masalah,” terangnya.
Karena, kata Otong, sekolahnya memiliki tingkat emosional yang cukup tinggi terhadap masyarakat di Pasir Putih sehingga masih ada rasa toleransi yang tinggi, agar anak- anak bisa sekolah tanpa hambatan. (*)