Harian Sederhana – Berawal dari keinginan untuk mendapatkan uang sambil mengurus keluarga, Maryani Kristanto memutuskan untuk memulai usaha memproduksi sambal kemasan yang diberi nama Sambal Doueer Sukma. Hal ini dikarenakan dirinya hanya memiliki keahlian membuat kue kering yang hanya dijadikan sampingan saat Hari Raya Idul Fitri.
“Saya awalnya itu bekerja di salah satu perusahaan swasta. Pergi dari pagi hari dan pulang sore bahkan hingga larut malam. Suatu ketika saya berfikir untuk usaha apa karena saya ingin di rumah urus keluarga tapi tetap bisa dapat uang. Saya berpikir usaha karena saya buta dengan keterampilan. Yang saya bisa itu hanya bikin sambal tapi gak mungkin saya jual sambal,” tuturnya kepada Harian Sederhana.
Dia pun bercerita suatu ketika ada adiknya yang di Surabaya selalui minta dibawakan ayam bakar dan sambel. Kemudian dirinya berpikir untuk membuat sambal dan dikemas. Lalu Maryani berpikir kembali sambal apa yang bisa diangkat sesuai ikon Depok.
“Akhirnya saya buat sambal dengan dipadu aneka buah seperti sambal jambu merah, sambal mangga dan beberapa varian lainnya. Pertama saya buat belum ada labelnya,” imbuhnya.
Maryani pun menyebut sambal yang dibuatnya pun selalu dibawa kemana-mana tujuannya untuk diperkenalkan kepada masyarakat. Hasilnya banyak teman-teman dekatnya yang membeli dan memuji sambal buatannya.
“Rata-rata komentarnya enak dan bikin dower. Lalu saya kepikiran untuk menjadikan dower sebagai brand merek sambal ini. Tapi saya lihat udah banyak yang pakai nama dower. Akhirnya ada yang mengusulkan diganti tulisannya jadi doueer, artinya sama cuma agak kebule-bulean,” katanya.
Setelah dua tahun dirinya produksi, Maryati pun diajak dan diarahkan untuk bergabung ke UMKM. Awal terjunnya ke UMKM lantaran ajakan dari pihak Kelurahan Mekarjaya. Berkat terjun dirinya ke UMKM, usahanya pun semakin maju dan berkembang.
Ketika tengah menekuni dunia usaha, dirinya pun mendapatkan ujian lantaran suami tercintanya terkena stroke. Disitu pun dirinya pun terus menekuni dunia usaha produksi sambal sampai dirinya kini menekuni usaha katering dan tentunya tetap membawa brand sambal buatannya.
“Alhamdulillah saya pun sudah merambah ke usaha katering dan usaha somay serta dimsum. Hasilnya pun sekarang ini sudah lumayan,” katanya.
Dia pun mengaku, bahan produksi sambal yang dibuatnya tidak berbeda jauh dengan sambal-sambal lainnya. Yang membedakan hanya perpaduan rasa buah yang dipadu dengan pedasnya cabai dan ditambah dengan terasi.
“Buahnya macam-macam. Ada belimbing dewa, jambu merah, nanas dan mangga. Untuk bahan produksi tentu saja yang berkualitas dan cara pembuatannya pun masih tradisional dengan cara diulek,”
Maryani pun menyebut sambal yang diproduksinya sangat pedas dan terbagi atas tiga level. Levelnya sendiri dimulai dari level satu sampai level 3. Tentu saja level tiga sangat pedas.
“Yang tidak suka pedas sekali bisa pilih level satu. Untuk suka pedas tapi tidak yang tidak terlalu bisa pilih yang level dua. Mau sangat pedas sampai bikin dower yang level tiga,” katanya.
Untuk menjaga kesegaran dan kualitas dari sambalnya, Maryani menyebut dirinya hanya memproduksi 30 botol dalam seminggu. Untuk per botolnya sendiri dijual dengan harga Rp25 ribu per botol atau 170 gram.
“Insha Allah produk ini halal dan bisa dikonsumsi baik tua maupun muda. Harganya terjangkau dan tentunya siap menggetarkan lidah para penggila pedas,” tandasnya. (Wahyu Saputra)