Harian Sederhana – Bergerak dibidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tidaklah serumit yang dibayangkan. Modal utamanya adalah keseriusan dan kreatifitas dalam menghadapi persaingan dagang.
Seperti yang dialami oleh Dina Andriyany, pemilik industri rumahan yang bergerak dibidang kuliner dengan mengusung merek “Rumah Raden” mencoba menciptakan makanan sederhana namun berkualitas rasa.
Ya, wanita yang akrab disapa Dina ini mencoba berkreasi dengan kentang menjadi olahan kentang kering yang diberi nama Kentang Mustopamu. Kentang kering sendiri adalah panganan yang sering kita jumpai khususnya di sejumlah warung nasi di wilayah Jawa Barat.
Meskipun begitu, Dina pun mencoba berkreasi agar kentang kering yang dipoduksinya memiliki cita rasa yang berbeda dari yang telah ada. Wanita berdarah Sunda ini juga cukup serius dalam mengembangkan usaha Kentang Mustopamu.
“Awalnya terjun di usaha ini karena melihat warung mama saya yang selalu ramai pelanggan dan Mustopa itu jadi kudapan paling diminati, dalam sehari bisa habis sampai 20 Kilogram,” ucap Dina kepada Harian Sederhana, Rabu (13/03).
Dina, mulai berangan-angan apabila makanan yang biasa menjadi teman lauk pauk dan nasi tersebut dikemas dan diolah dengan serius tentu akan sangat menarik. Akhirnya, wanita berusia 35 tahun ini mulai mencoba menggarap “Mustopa” pada September 2018 lalu.
“Nah biasanya kalau di warung-warung itu kentang kering ini dibungkus pakai plastik biasa, karena saya sudah belajar management, packaging, produksi UMKM akhirnya saya terapkan ilmu itu. Alhamdulillah berjalan sampai sekarang,” katanya.
Selain itu, ada hal yang memotivasi Dian berkonsentrasi mengembangkan usahanya yaitu sebuah fenomena di zaman milenial dimana banyaknya ibu rumah tangga entah karena kesibukan mengurus rumah atau bekerja cenderung menginginkan makanan cepat saji.
“Mustopa ini, penyajiannya tidak rumit. Ditambah lagi awet dan rasanya mengundang selera apalagi bila dalam kondisi lapar,” kelakarnya.
Dina menyadari, usaha yang digelutinya saat ini terbilang masih baru namun dirinya pantang menyerah. Dalam satu minggu, ada 60 kilogram Mustopa diproduksi dengan target di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
“Satu Bulan, saya sanggup produksi 250 kilogram. Dijualnya per 200 gram seharga Rp 40 ribu, promosi masih di media sosial seperti Instagram. Sambil jualan door to door (Direct Sales) tetap dilakukan,” terangnya.
Namun, Dina tidak menampik selain memantapkan produksi dalam menjalankan roda usaha membutuhkan strategi pemasaran yang baik. Salah satunya, dengan sistem Marketing Company yaitu model pemasaran dengan mengedepankan branding dan menjaring resailer sebanyak-banyaknya. Adapun branding “Rumah Raden” sendiri merupakan hasil besutan Dina dan rekannya, Tri Nurul Wulan Dewi.
“Jadi, kita membuka sistem keagenan dengan margin 40 persen, sistematikanya ada Agen-Resseler-End User. Saat ini sudah punya resailer sekitar delapan orang. Sistem ini, terus saya gunakan untuk memperluas jangkauan promosi di berbagai daerah,” tandasnya.
Selanjutnya, Dina menegaskan mengapa dirinya sangat optimis dalam mengembangkan produksi Mustopa. Pasalnya, resep pembuatan panganan tersebut adalah rahasia keluarga yang diyakininya sangat menarik perhatian.
“Ini resep dari ibu saya, tampilan dan inovasinya membuat yang melihat tergiur ingin mencicipi. Untuk sekarang ini memang baru rasa original saja, kedepan tentu saya akan berinovasi untuk menciptakan paling tidak 10 variant rasa,” pungkasnya.
Anggota UMKM Wanita Pengusaha Muslimah Indonesia (WPMI) ini menegaskan kedepan, besar harapannya usaha yang digelutinya kali ini, bermanfaat bagi masyarakat. Ibu – Ibu rumah tangga, yang memiliki banyak waktu luang akan segera direkrut untuk membantu memperluas jaringan dan produksi Mustopha.
“Saya pengen punya pengrajin, rencananya sih merekrut Ibu – Ibu sekitar Sawangan sini, karena tempat tinggal saya sekarang kaan disini. Lumayan sih penyebaran produksi Mustopha juga sudah menjangkau luar wilayah Pulau Jawa seperti Lampung dan Riau,” pungkasnya. (C1/Wahyu Saputra)