Harian Sederhana, Depok – Lantaran bingung tak memiliki biaya untuk berobat sang suami, seorang wanita paruh baya nekat menjajakan ginjalnya sendiri dihadapan publik. Aksi nekat Mumun Sumiyati (59 tahun) telah berlangsung sejak beberapa hari terkhir, namun hingga kini usahanya belum membuahkan hasil.
Di temui di kediamannya di kawasan RT 4/2, Kampung Rawa Indah, Kecamatan Cipayung, Depok, Mumun mengaku terpaksa melakukan aksi nekat itu lantaran putus asa dengan biaya pengobatan sang suami, Leo Suyoto (69 tahun) yang mengalami sakit parah. Kondisi ini diperparah lantaran pasangan suami istri itu telah tiga bulan menunggak biaya kontrakan.
“Semua barang sudah habis saya jual, saya cuma punya ginjal. Saya mohon kalau ada yang mau membeli, saya butuh biaya untuk berobat suami dan biaya kontrakan,” katanya berlinang air mata, Sabtu (6/4).
Wanita yang sehari-sehari bekerja sebagai buruh cuci serabutan ini mengaku, awalnya sang suami tidak tahu jika dirinya akan berbuat senekat itu. Biasanya, Mumun menjajakan ginjalnya hingga ke wilayah Bekasi.
“Bapak (suami) tadinya enggak tahu. Saya bilangnya pamit mau nyari cucian dan gosokan. Sekarang semua sudah tahu, ya mau gimana lagi, saya sudah enggak punya apa-apa,” tuturnya dengan nada memelas
Mumun mengatakan, dirinya dan suami adalah peserta Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BJPS) kelas III. Namun karena penyakit sang suami terlalu parah, BPJS tidak bisa mengcover. Ditambah, ia dan suami juga telah menunggak iuran BPJS.
Leo Suyoto (saumi Mumun) sudah lima tahun menderita penyakit penyempitan syaraf, diabetes serta hipertensi. Bahkan belakangan ini, Leo mengeluhkan sakit di bagian dada serta bengkak pada kaki dan perut. Untuk mengatasi rasa nyerinya itu, Leo pun harus menjalani terapi di rumah sakit Citama, Bojong Gede. Namun biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit.
“Tiap fisioterapi itu ngeluarin biaya Rp 200 ribu untuk suntik seklai dan obat. Itu gak dicover BPJS. Fisioterapinya aja setiap minggu minimal sekali. Saya uang darimana,” kata Mumun sambil menggenggam tangan sang suami yang sudah lemas tersebut.
Mumun mengaku, keluarga, khususnya suami dan dua anaknya sempat merasa kesal dengan aksi nekatnya itu. Namun kini mereka hanya bisa pasrah.
“Saya enggak mau ngeberatin mereka (anak-anak). Mereka juga sulit, yangs atu tukang ojek yang satu lagi buruh cuci. Mereka juga punya keluarga yang harus dinafkahi. Biarlah saya berjuang sebisanya,” tutur Mumun sambil menyeka air mata.
Mumun pun menyadari, apa yang dilakukannya itu bertentangan dengan norma agama dan hukum. Namun, kondisi yang memaksanya berbuat seperti itu. “Saya bingung pak, saya enggak tahu harus gimana lagi,” pungkasnya.