Harian Sederhana, Bogor – Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 berlalu sejak tiga pekan lalu. Namun, kegaduhan di tingkat elit yang menular ke ranah bawah, hingga kini belum juga mereda.
Turbulensi politik paska Pileg dan Pilpres 2019 membuat kondusifitas di ruang publik terganggu. Perang “udara” melalui media sosial maupun media arus utama masih berlangsung.
Petinggi partai politik dari dua kubu pendukung pasangan calon presiden belum berhenti melontarkan pernyataan, yang memancing ketegangan. Saling klaim kemenangan serta dugaan kecurangan berpotensi membawa bangsa ini ke jurang kehancuran dan perpecahan antar kelompok masyarakat.
Situasi dan kondisi negara yang berserakan akibat pemilu membuat gelisah kalangan civitas akademika Perguruan Tinggi se-Bogor Raya. Setidaknya, diwakili pimpinan universitas negeri dan swasta yang ada di Bogor, akhirnya tujuh rektor angkat bicara. Mereka menyatakan sikap atas kegaduhan politik di tanah air.
Tujuh Rektor dan pimpinan Perguruan Tinggi se Bogor ini adalah, Rektor IPB, Dr. Arif Satria, Rektor Unversitas Pakuan, Prof. Dr. Bibin Rubini, Rektor Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Dr. Ending Baharuddin, Rektor Universitas Djuanda, Dr. Dede Kardayan dan Rektor Universitas Nusa Bangsa, Dr. Yunus Arifien, Ketua STKIP Muhammadiyah Bogor, Dr. Edi Sukardi dan Ketua STEI Tazkia, Dr. Murniati Mukhlisin.
“Pemilu itu proses demokrasi demi terwujudnya negara yang maju, beradab, bermartabat, berkeadilan, harmonis dan sejahtera. Jadi jangan ada gaduh-gaduh seperti itu. Ini bahaya karena bisa membawa kita kepada jurang perpecahan,” kata Rektor IPB, Arif Satria di Gedung IPB International Convention Centre IICC, Kota Bogor, Kamis (9/5/2019).
Arief mengatakan, selama masa tahapan pemilu sejak kampanye sampai saat ini, telah terjadi banyak hal di berbagai daerah di Indonesia yang berpotensi mengganggu stabilitas kehidupan masyarakat. Padahal, menurut dia, hakikat pemilu adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat dan mewujudkan hak asasi politiknya.
Adapun Rektor Universitas Pakuan, Prof. Dr. Bibin Rubbini, mengatakan, pertemuan para rektor ini untuk mengingatkan elite partai politik dan pemerintah untuk bisa saling menjaga persatuan dan persaudaran. Sebaliknya, lanjutnya, belakangan ini justru para inohong terbawa arus kegaduhan dengan melontarkan pernyataan yang tak patut melalui media.
“Kalau ini tidak dihentikan dan disikapi serius maka bisa memicu kehancuran kehidupan berbangsa dan bernegara. Kami harus cegah itu yang dimulai dari lingkungan akademisi dan kampus,” ucap Bibin Rubini.
Langkah yang bakal dilakukan, Rektor UNPAK menyebut, pihaknya memberikan pengarahan kepada seluruh civitas akademika di kampusnya, terutama pemahaman kepada mahasiswa agar terjaga dari arus informasi sesat dan menyesatkan, terutama di media sosial.