Harian Sederhana, Depok – Ketua organisasi kemasyarakatan (ormas) Pemuda Pancasila Kota Depok, Rudi Samin mengaku bakal kembali maju dalam ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di kota itu pada 2020 mendatang. Rudi bahkan sesumbar, dirinya bakal menyiapkan Rp 20 miliar untuk bertarung diajang bergengsi tersebut.
Ditemui disela-sela kesibukannya usai melantik Badan Pembelaan dan Penyuluhan Hukum ( BPPH) PP Depok, Rudi pun mengungkap sederet alasannya untuk kembali mencalonkan diri sebagai kepala daerah.
“Saya prihatin dengan Kota Depok. Beberapa periode ini, tidak ada kemajuan yang signifikan. Mereka tidak punya jiwa kepemimpinan. Kalau takut mengambil kebijakan pasti ragu-ragu,” katanya di Markas PP Depok, kawasan Grand Depok City, Depok, pada Sabtu 22 Juni 2019.
Menurut pria yang akrab disapa Rudi itu, sebagai kepala daerah harus berani mengambil langkah tegas dan menempatkan diri secara profesional dalam menjalankan amanah yang telah dititipkan rakyat.
“Jangan asal abang senang. Saya lihat disini banyak yang tidak sepantasnya terjadi. Seperti misalnya, belum waktunya jadi kepala dinas eh jadi kepala dinas, yang penting kelompok atau golongan tertentu itu yang tidak boleh,” imbuhnya.
Selain itu, hal yang harus diperhatikan dalam membangun Kota Depok adalah dari sisi penegakan hukum, pendidikan layak dan ksehatan yang dinilainya masih kurang maksimal.
Sejumlah persoalan itulah yang diakui Rudi membuatnya kembali bertekad untuk mencalonkan diri dalam ajang Pilkada Depok. Terkait hal itu, ia pun telah melakukan tahap lobi-lobi atau komunikasi politik ke sejumlah partai.
“Insha Allah kalau tidak ada halangan saya akan ikut bertanding. Persiapan saya biasa, mencari partai pengusung dan pendukung. Sekarang sudah lobi-lobi,” ujarnya.
Belajar dari pengalaman 2015 lalu, Rudi mengaku dirinya akan lebih matang dalam menyusun strategi pertarungan. Salah satu hal yang menurutnya paling penting ialah menyiapkan dana atau modal sekurang-kurangnya Rp 20 miliar.
“Saya tidak mau pengalaman yang lima tahun lalu terulang lagi. Yang seharusnya saya masuk bursa pencalonan malah orang lain yang naik. Saya kepingin kalau memang parpol butuh mahar ya harus siap berapa, akan saya siapkan asal wajar-wajar saja. Kita jugakan harus hitung-hitungan. Kalau terlalu berlebihan ya lebih baik saya tetap jadi pengusaha,” ucapnya.
“Intinya kalau punya uang saya ikut, kalau tidak punya uang ngapain. Miniman saya siapkan Rp 20 miliar. Kalau tidak punya peluru seperti itu saya tidak akan naik. Elektabilitas dan popularitas saja tidak cukup. Siapa yang punya duit dia yang jadi. Itu yang saya tahu dari kesimpulan saya,” timpalnya lagi.
(*)