Harian Sederhana, Bogor – Gerbang usang nan rapuh menjadi pemandangan memprihatinkan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Roda, Jalan Roda, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Meskipun berada di tengah kota, satu-satunya SD di Kelurahan Babakan Pasar itu nyatanya masih luput dari perhatian pemerintah.
Bangunan sekolah dengan jumlah siswa 221 orang itu jauh dari kata layak. Langit-langit kelas nampak rapuh dan nyaris ambrol. Tragisnya, ruangan kelas tersebut masih dipaksakan untuk menjadi ruang belajar mengajar lantaran SDN Roda masih kekurangan ruang kelas.
Kondisi belajar mengajar di sekolah tersebut pun jauh dari kata nyaman. Dengan jumlah siswa yang banyak, para siswa terpaksa berdesak-desakan dalam satu ruangan sempit. Bahkan, ada satu ruangan kelas yang terpaksa dibagi dua dengan ruang tata usaha dan hanya dibatasi sekat gorden.
Menurut guru yang mengajar di sana, ruangan berukuran 6×5 meter itu digunakan untuk mengajar 40 siswa. Idealnya, ruangan kelas harus berukuran 8×6 meter.
Kepala SDN Roda, Nurkasman, tak menampik, kondisi bangunan yang rusak dan sempit membuat suasana belajar menjadi tak nyaman. Dari catatan Nurkasman, setidaknya ada empat ruangan kelas yang kondisinya tak layak.
Sementara, saat ini, SDN Roda hanya memiliki tujuh ruangan kelas yang bisa digunakan. Satu dari empat ruangan yang rusak terpaksa dikosongkan karena kondisinya sudah rusak berat.
“Bangunannya sudah ada dari zaman Belanda. Untuk bangunan baru direhab pada 2015, yang dua kelas rencananya akan direhab tahun ini dari APBD Kota Bogor, yang dua kelas lagi belum tahu,” ucap Nurkasman seperti dikutip dari Pikiran Rakyat.
Nurkasman mengatakan, dengan status SDN satu-satunya di Kelurahan Babakan Pasar, infrastruktur sekolah di SD tersebut layak mendapatkan perbaikan. Apalagi, jumlah murid saat ini mencapai 221 siswa.
“Agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, kami jadikan dua shift, pagi dan siang, ini juga kursinya dicukup-cukupkan. Kalau dibilang ideal, ya, pasti tidak,” kata Nurkasman.
Ia menyatakan harapannya agar perbaikan infrastruktur dapat dilakukan secara menyeluruh. Selain membutuhkan tambahan ruang kelas, sekolah juga membutuhkan sarana kamar mandi dan ruang perpustakaan yang memadai.
“Sebenarnya lahannya ada, luas tanah kita 1200 meter. Ya, mudah-mudahan bisa ditengok Pak Jokowi. Masa sekolah di tengah kota, tiap hari dilewati presiden, kondisinya begini,” celetuk Kasman.
Harapan senada juga dilontarkan salah seorang ibu yang menunggui anaknya sekolah. Yuyun (31), warga Kampung Cingcau, Kelurahan Babakan Pasar, Bogor Tengah, mengaku khawatir anaknya harus belajar di ruangan yang rusak. Yuyun berharap, Pemerintah Kota Bogor bisa memperhatikan sekolah tempat ia pernah mengenyam pendidikan dulu.
“Saya lulus 1999, kondisinya dari dulu, ya, begini. Mudah-mudahan saja ada perhatian, kasihan anak-anak belajarnya enggak nyaman,” kata Yuyun.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bogor, Jana Sugiana, mengatakan, ia mengakui bahwa masih banyak ruang kelas di Kota Bogor yang mengalami kerusakan namun belum diperbaiki. Hal tersebut terjadi lantaran anggaran yang dialokasikan untuk Dinas Pendidikan Kota Bogor terbatas.
“Tetapi sudah kami inventarisasi mana saja yang rusak, secara bertahap akan kita perbaiki, namun tidak bisa sekaligus. Kita juga berupaya mencari alokasi anggaran dari provinsi, pusat dan juga CSR,” ucap Jana.
(*)