Harian Sederhana, Depok – Rektor Universitas Indonesia (UI), Profesor M. Anis mengklaim kampus yang dipimpinnya terbebas dari paham-paham radikalisme. Anis justru mempertanyakan survei ataupun riset yang menyebut paham ekstrim itu tumbuh subur di sejumlah perguruan tinggi.
“Kan dari dulu di UI enggak ada. Kalau dari daftar yang beredar, kami yang paling rendah. Jadi menurut saya radikalisme itu enggak ada didalam kampus. Mungkin yang ada itu adalah intoleran, itu mungkin ada, walaupun jumlahnya sangat kecil,” tuturnya ketika ditemui di Balai Sidang UI Depok, kemarin.
Anis mengatakan, pihaknya telah sangat serius mengantisipasi adanya paham radikal maupun intoleran tumbuh di dalam kampus. Salah satunya ialah dengan menerapkan sejumlah program-program diantaranya, Aku ID atau Aku Indonesia.
“Aku ID ini dimana kita membangun simbol itu untuk menciptakan rasa cinta tanah air, kebangsaan, kebersamaan, rasa ingin berkontribusi berkarya dan sebagainya. Kami ada juga forum kebangsaan, nah ini merajut semuanya dalam tatanan bagaimana kita menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air,” paparnya.
Anis kembali menegaskan, paham radikal tidak ada di UI. “Enggak ada, saya berani bilang enggak ada. Tapi kalau kemungkinan ada kelompok kecil yang intoleran mungkin ada,” imbuhnya.
Pemikiran intoleran, lanjut Anis, kemungkinan bisa tumbuh akibat pengaruh pihak luar. “Tapi ini kan yang ramai di tatanan besarnya, dikaitkan dengan politik identitas dan sebagainya. Ini ada peran eksternal,” ujarnya
Hal yang paling dilakukan para pelakunya ialah dengan menyebarkan pemikiran tersebut melalui sarana media sosial. “Paling gampang itu medsos, kedua jalur komunitas, asrama atau komunitas tempat kos, macam-macam,” katanya.
Anis menegaskan, jangan semua disudutkan pada dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi.
“Ya kita kan harus yakin secara nasional, jangan ujug-ujug disalahin universitas. Universitas kan komponen bangsa, emangnya komponen bangsa cuma universitas. Semua di kementerian pun ada, jangan tiba-tiba yang diserang universitas,” ucapnya.
Anis menambahkan pihaknya bersama-sama komponen bangsa mengajak untuk menyosialisasikan bagaimana kebinekaan itu sebagai suatu keunggulan Indonesia.
“Kita kan sama-sama komponen bangsa, ayo kita sosialisasikan bagaimana kebinekaan itu sebagai suatu keunggulan Indonesia,” imbuh Anis.
Selain dengan sederet program yang telah digulirkan, langkah terpenting lainnya untuk menangkal pihak tersebut adalah dengan mengedepankan sikap saling peduli.
“Kita sadarkan bahwa perbedaan itu memang kodratnya, enggak mungkin semua manusia terlahir sama. Karena kita hidup di Indonesia ini prinsip-prinsip negara kesatuan, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, itu semua perekat kita,” tandasnya.
(*)