Harian Sederhana, Bandung – Selepas Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) menetapkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur, kini giliran Jawa Barat yang berencana memindahkan ibu kota yang kini berada di Kota Bandung.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil berencana untuk memindahkan Ibu Kota Jabar dari Kota Bandung. Bahkan wacana itu infonya telah mendapatkan kesepakatan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jabar.
Ia mengatakan, wacana pemindahan Ibu Kota Jabar mengemuka saat menggelar rapat pembahasan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jabar bersama Pansus VII pekan lalu. Pada rapat tersebut terdapat beberapa kesepakatan antara lain penataan jalur transportasi dan wacana pemindahan pusat Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Kemarin itu RTRW Jabar sudah disahkan untuk sampai 2029. Beberapa poin penting sudah masuk seperti penataan jalur transportasi sampai persetujuan wacana pusat pemerintahan untuk dikaji dulu di beberapa lokasi,” tuturnya kepada wartawan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (29/08).
Emil menyebut seluruh wilayah di Jabar memiliki peluang untuk menjadi ibu kota. Namun, saat ini terdapat tiga lokasi yang telah diusulkan. Tiga lokasi itu adalah Tegalluar di Kabupaten Bandung, Walini di Kabupaten Bandung Barat, dan di wilayah Cirebon, Patimban, Majalengka (Rebana).
“Semua kota di Jabar memiliki peluang. Namun, untuk saat ini sudah ada tiga lokasi yang kita usulkan,” bebernya.
Meskipun begitu, Emil mengakui kalau pemilihan ibu kota baru untuk wilayah yang dipimpinnya masih memerlukan kajian lebih lanjut terutama yang menyangkut beberapa aspek, salah satunya tingkat ekonomi.
“Indikatornya semua kemungkinan butuh kajian, minim risiko, aksesibilitas, tingkat ekonomi, ketersediaan air dan lain-lain,” katanya.
Ketika disinggung alasan kenapa Ibu Kota Jabar akan dipindahkan, mantan Wali Kota Bandung ini menyebut pada dasarnya secara fisik Kota Bandung sama seperti Jakarta. Ia menilai Kota Bandung sudah tidak pas lagi untuk melayani pusat pemerintahan.
“Pada dasarnya secara fisik itu Kota Bandung sama seperti Jakarta. Sudah tidak cocok lagi melayani pusat pemerintahan,” imbuhnya.
Selain itu, sambungnya, lokasi kantor satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang tak tersentralisasi menjadi hambatan lain. Ia menyebut kajian soal rencana itu akan mulai dilakukan enam bulan ke depan.
“Contohnya kantor pemerintahan cek-clok (terpisah-pisah) dan tidak produktif. Kajian dilaksanakan enam bulan ke depan nanti media dikabari lagi,” tutup mantan Wali Kota Bandung tersebut.
Sementara itu Ketua Pansus VIII DPRD Jawa Barat, Herlas Juniar menyebut wacana pemindahan Ibu Kota Provinsi Jabar belum masuk dalam pembahasan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Bahkan, Herlas mengakui kalau wacana itu juga belum dimasukkan dalam draft RTRW.
“Ada yang menarik dan sempat ramai, kami sudah menyampaikan soal rencana pemindahan ibu kota, Pak Gubernur sudah memahami berdasarkan kajian kami belum bisa dicantumkan dalam draft,” ujar Herlas kepada wartawan di Gedung DPRD Provinsi Jabar.
Herlas menuturkan, rencana itu belum bisa masuk dalam revisi RTRW. Pasalnya sampai saat ini belum ada pembahasan mendalam soal rencana tersebut.
“Karena kajiannya kan belum ada, karena itu kami mendorong Pemprov membuat kajian terlebih dahulu,” ungkapnya.
Sementara itu diakui Herlas terdapat tiga lokasi yang diusulkan sebagai ibu kota baru Jabar. Dari tiga lokasi itu, pihaknya menilai ada dampak positif negatif dari berbagai aspek.
Salah satunya wilayah Tegalluar, dinilai cenderung rawan banjir dan pergerakan tanah meski pun dekat dengan Kota Bandung. Sedangkan Walini di Kabupaten Bandung Barat, sebagian wilayahnya masuk dalam patahan Lembang sehingga rentan untuk menjadi ibu kota baru
“Di Kertajati (Majalengka) memang relatif tidak rawan bencana tapi apa dasarnya menetapkan disana kan tetap butuh kajian,” tuturnya
Tim Pansus VIII DPRD Jabar pun meminta Emil untuk segera melakukan kajian terhadap lokasi yang memungkinkan menjadi ibu kota baru.
“Mana yang mau dipilih itu nanti berdasar kajian, karena itu kita minta dan tidak kita cantumkan dalam RTRW,” bebernya. (*)