Harian Sederhana, Depok – Fashion merupakan salah satu bidang usaha yang cukup digandrungi oleh para pengusaha, terutama bagi mereka yang baru terjun membangun bisnis. Pasalnya, selain diminati banyak orang para pelaku usaha juga tak segan menyatakan bahwa hal itu adalah bagian dari hobi.
Kaum hawa salah satunya, menyebut fashion adalah sebuah tren yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Buktinya, setiap ada pesta potongan harga mereka akan berduyun-duyun menyerbu pusat perbelanjaan.
Adalah Erlizah Zamawi, warga Jalan Sawah Indah 1, RT04/12 No. 43 Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Cipayung yang mengaku menekuni usaha fashion sejak tahun 2012 lalu.
Berawal dari memutuskan berhenti bekerja di sebuah butik ternama, wanita berhijab ini mengukuhkan diri membuka usaha pembuatan pakaian anak dan perempuan dewasa.
“Saya dulu kerja, dari situ sebetulnya belajar menjahit dan mengolah pakaian dengan baik dan benar,” tutur Erlizah kepada Harian Sederhana, Minggu 1 September 2019.
Namun, diakuinya belajar menjahit juga diperoleh dari sang ibu kemudian ditekuninya secara otodidak sambil melihat berbagai model pakaian dari majalah.
“Setelah saya merasa sudah ada modal, kemudian mencoba memberanikan diri membuka jaitan di rumah memang masih kecil-kecilan,” bebernya.
Namun, dengan keterbatasan peralatan yang ada Erlizah malahan menjadi seseorang yang tangguh. Sifatnya yang tak kenal putus asa, membuat para pemesan mengacungi jempol.
“Saya berusaha membuat pelanggan saya puas, dengan kemampuan yang ada. Selain dari mulut kemulut, saya juga biasanya memposting hasil karya lewat media sosial,” tegasnya.
Erlizah mengaku tidak idealis dalam membuat model pakaian. Model terkini selalu diikuti pasalnya para pemesan enggan memesan mode pakaian yang ketinggalan zaman. Selain itu, inovasi juga dilakukan seperti membuat gamis atau mukena dengan bahan katun Jepang.
“Ada tas yang multifungsi, hasil karya saya itu bisa untuk sajadah juga jadi praktis,” bebernya.
Seiring berjalannya waktu, omset penghasilan Erlizah meningkat dalam sebulan kurang lebih Rp 5 Juta, berhasil didapat. Ada cerita unik yang dialaminya, yaitu ketika dirinya kedatangan pemesan ibu-ibu yang membuat gamis dengan ongkos jahit yang terlalu murah.
Ibu dua anak ini tidak menolaknya dengan sabar malahan memberikan tantangan apabila jahitannya tidak sesuai silahkan bayar sesuai tawaran pemesan itu.
“Akhirnya saya buat pakaian pesanannya alhamdulilah, dia puas dan sampai sekarang selalu mencari saya,” tandasnya.
Hingga saat ini, Anggota Usaha Menengah Kecil Berbasis Masyarakat ini mengaku hanya memegang satu prinsip menjaga kualitas karya dan memenuhi keinginan pelanggan.
“Kalau pelanggan puas, hati rasanya senang, lega. Alhamdulillah,” tandasnya. (*)