Harian Sederhana, Depok – Tampaknya jalan Mohammad Idris untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Depok 2020 semakin mulus. Pasalnya, Idris dikabarkan akan kembali diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk menjadi Wali Kota Depok periode 2021-2026.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Kota Depok, Hafid Nasir kepada Harian Sederhana di kawasan Pondok Rajeg, Kabupaten Bogor, Sabtu (21/09).
Hafid mengatakan, alasan partai berlambang padi dan dua bulan sabit ini lantaran Idris layak untuk menjadi Wali Kota Depok kembali karena kinerjanya selama ini. Idris sendiri disebut janji-janji yang dilontarkan pada Pilkada 2015 sudah hampir mencapai target tahun ini.
Baca juga: (Jelang Pilkada Depok 2020, Idris Kokoh Bak Baja)
“Sampai dengan tahun ini, sudah hampir 80 persen janji beliau (Idris-red) terpenuhi. Itulah yang menjadi perimbangan PKS kembali mengusungnya,” kata Hafid Nasir.
Dari sepuluh janjinya saat kampanye, sambung Hafid, pencapaian 80 persen adalah sangat positif, sehingga wajar jika nama Idris kembali diusulkan untuk melanjutkan masa kepemimpinannya lima tahun selanjutnya sebagai wali kota.
Terlebih mengingat masa jabatannya tersisa lebih dari satu tahun, masih ada peluang untuk menuntaskan sisa janjinya. “Yang sudah dirasakan adalah pembangunan Gedung B dan D Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Sawangan,” bebernya.
Lebih lanjut, Hafid menyebut janji yang telah terpenuhi adalah tentang soal pendidikan, dimana upaya pemerintah untuk memberikan tunjangan kesejahteraan guru honorer telah terpenuhi. “Berbagai macam beasiswa terhadap warga tidak mampu merupakan bagian dari kampanye wali kota 2015, itu juga terpenuhi,” ujarnya.
Termasuk RSUD, kata dia juga wilayah timur yang ditargetkan tahun 2021 akan terbentuk juga sudah mulai terwujud. “Alun-alun yang ditargetkan 2019 ini hampir selesai dan masuk dalam bagian janji wali kota,” kata dia.
Sementara itu, Hafid menilai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Depok disebut sebagai referensi yang akan disampaikan ke tingat provinsi dan pusat. “Dari hasil survei, nampaknya beliau temasuk sosok petahana yang masih diminati oleh masyarakat untuk kembali diusung menjadi wali kota,” kata dia.
Hafid melanjutkan, lima nama bakal calon yang sudah dilauncing beberapa minggu lalu lewat Pemira disebut sebagai jalur internal PKS. “Mohammad Idris akan diusung PKS dengan jalur khusus dan tidak bisa disandingkan dengan kelima bakal calon yang dilaunching itu,” ujarnya.
Namun, kelima nama tersebut diminta Hafid mampu menaikan popularitas dan elektabilitas partai lewat berbagai macam sosialisasi. Dia juga menyebut Idris adalah sosok yang pantas mendapat apresiasi, hal itu selain karena ke-kyaian Idris, juga sebagai sosok pekerja keras yang patut mendapat apresiasi.
Ditempat sama, Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengaku santai menghadapi musim politik yang sudah mulai menghangat. Pernyataan pengamat politik dan vokasi UI yang menyebut elektabilitasnya masih tinggi, Idris mengaku masih menunggu hasil survei yang terukur, profesional dan independen.
“Izin sama keluarga sudah ya, saya perlu izin dari kyai saya,” pungkasnya.
Sebelumnya Bernhard selaku Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum dan Politik Kota Depok pun berpendapat hal yang sama. Mohammad Idris disebutnya memiliki peluang paling besar untuk memimpin Kota Depok periode 2021-2026 apabila kembali mencalonkan diri di Pilkada Depok 2020.
“Apabila Calon Wali Kota Depok yang akan diusung PKS dalam Pilkada 2020 adalah Mohammad Idris maka dapat dipastikan akan menang,” tuturnya kepada Harian Sederhana.
Anggota DPRD Kota Depok periode 2014-2019 ini menuturkan penilaian tersebut didasari indikator bahwa PKS mempunyai jaringan politik sampai ke akar rumput, yakni di tingkat RT dan RW.
“Massa pemilih PKS memiliki soliditas dan solidaritas yang kuat serta memiliki militansi. Pemilih PKS juga cenderung tidak transaksional,” ujarnya.
Indikator kedua, katanya lagi, petahana merupakan simbol kekuatan politik di luar jaringan PKS. “Petahana juga memiliki jaringan kuat di kalangan tokoh-tokoh, alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat di tingkat akar rumput sampai tingkat RW,” ulasnya.
Lebih lanjut diutarakannya, petahana selama hampir tiga tahun telah melakukan konsolidasi dan membangun simpul-simpul politik dari segala elemen masyarakat. Berbeda dengan partai politik pesaingnya yang cenderung pragmatis dan transaksional.
“Koalisi yang dibangun oleh partai politik di luar PKS sulit akan menjadi pemenang dalam Pilkada 2020. Faktornya parpol di luar PKS cenderung pragmatis dan transaksional. Selain itu di tingkat jaringan massa cenderung massa mengambang dan menjelang beberapa bulan menjelang pilkada baru bekerja,” paparnya.
Menurutnya, parpol koalisi di luar PKS tidak pernah melakukan konsolidasi dan membangun jaringan di akar rumput, sehingga sulit untuk menang.
“Dalam kontestasi pilkada, partai koalisi yang dibangun PDIP, Gerindra, dan parpol lainnya harus memperkuat infrastruktur partai sampai ke tingkat RW dan melakukan rekruitmen kepada tokoh-tokoh elemen masyarakat dengan menawarkan program riil kepada masyarakat seperti perbaikan ekonomi kerakyatan,” imbuh Bernhard.
Program yang harus ditawarkan lainnya adalah bagaimana mengatasi persoalan pengangguran, pendidikan gratis untuk orang miskin yang tanpa dipungut biaya seragam dan buku sekolah, hingga perbaikan kesehatan rakyat yang tidak mampu.
“Kemudian partai koalisi harus membuat daftar isu- isu politik yang strategis dan membangun penggalangan opini publik secara terus menerus lewat media. Jadi dapat dipastikan Koalisi Besar yang dibangun menghadap PKS sulit untuk menang,” tegasnya. (*)