Harian Sederhana, Depok – Selain peran orang tua dalam mewujudkan Depok sebagai Kota Layak Anak (KLA) maka harus ditunjang dengan sarana maupun prasarana agar bisa menjadi jembatan bagi anak-anak dalam mengembangkan diri. Hal tersebut diungkapkan Yeti Wulandari selaku Wakil Ketua I DPRD Kota Depok kepada Harian Sederhana, Rabu (02/10).
Ia mengatakan, untuk menyukseskan program KLA dibutuhkan dukungan dari seluruh elemen tidak hanya di kota tapi juga sampai di tingkat RT/RW maupun keluarga. Selain itu bila berbicara soal KLA maka bukan hanya berbicara tatanan kebijakan saja melainkan juga sampai ke sarana dan prasarana.
Pemerintah sendiri, sambung Yeti, dalam hal ini Pemkot Depok memiliki kewajiban dalam menyediakan sarana prasarana yang memadai.
“Sarana dan prasarana penunjang harus bisa menjadi jembatan untuk anak-anak kita dalam hal mengembangkan diri. Apalagi di usia remaja mereka sedang mencari jati diri, disinilah nanti peran dari Kota Layak Anak memberikan ruang maupun fasilitas agar mereka bisa mengeksplorasi serta memaksimalkan potensi yang ada di diri mereka,” tuturnya.
Yeti menegaskan, dengan adanya sarana dan prasarana diharapkan dapat menekan angka kenakalan remaja. Sarana maupun prasarana sendiri bisa menjadi wadah anak-anak khususnya yang berusia remaja sesuai dengan minat dan bakat agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif. Apalagi remaja adalah fase dimana mereka sedang mencari jati dirinya.
“Potensi atau minat bakat bisa disalurkan jika fasilitasnya telah disediakan. Bisa jadi mereka adalah bibit-bibit unggul asli Kota Depok yang mampu membawa nama baik kota ini di kemudian hari,” ujarnya.
Untuk itu, DPRD terus mendorong agar fasilitas yang ada sesuai dengan minat dan bakat para remaja. Seperti lapangan olahraga maupun sarana lainnya agar bakat dapat tersalurkan. “Jika ada anak yang memiliki kemampuan di dunia sains, maka wadahnya harus segera dibuatkan agar penyaluran bakatnya bisa maksimal,” kata Yeti.
Kota Depok sendiri, sambungnya, telah memiliki taman-taman yang dibangun oleh pemerintah daerah. Bukan hanya di tingkat kelurahan, taman-taman tersebut bahkan ada dibangun di tingkat RW.
“Di taman-taman inilah sebenarnya bisa dilakukan suatu pemberdayaan untuk anak-anak kita. Jadi di situ (taman-red) bukan hanya sekedar terbangun setelah itu dilepaskan, tetapi disini peran serta dari dinas terkait bisa ikut berperan serta dalam mengadakan kegiatan yang positif dan bersifat menyalurkan bakat dan potensi anak-anak kita, jadi bukan hanya sekedar dijadikan tempat bermain. Bila nanti keberadaan taman-taman ini dimaksimalkan maka dampaknya akan luar biasa,” papar Yeti.
Meskipun Kota Depok sudah memiliki taman dan fasilitas lain penunjang KLA, Yeti mengakui sampai hari ini sarana prasarana yang ada belum maksimal. Dalam artian pihaknya sampai saat ini masih perlu memikirkan ruang untuk anak-anak yang telah menginjak remaja khususnya dalam penyaluran bakat di bidang olahraga.
“Taman memang sudah terbangun sampai tingkat RW, tetapi banyak yang difokuskan kepada anak-anak di usia balita. Perlu dibangun atau dibuat taman yang mengkombinasikan antara anak-anak di usia balita maupun menengah,” katanya.
Yeti membenarkan banyak masukan yang masuk kepada dirinya adalah kebutuhan sarana olahraga seperti lapangan futsal yang saat ini ada kebanyakan adalah berbayar. Hal ini yang terkadang bagi para remaja menimbulkan suatu beban.
“Karenanya bila pemerintah bisa menyediakan lapangan yang gratis maka bisa mengakomodir kebutuhan remaja yang hobi bermain futsal. Insha Allah kedepan generasi muda kita menjadi generasi yang unggul dan berprestasi,” tandasnya. (*)