Menu

Mode Gelap
Perjuangan Nanu Membangun Bisnis Advertising Mulai Bisnis WO dari Nol, Kini Teh Yani Kantongi Omset Ratusan Juta Per Bulan

Bogor

Good Bye One Way, Oktober Sistem Kanalisasi 2-1 Bakal Diuji Coba

badge-check


					27 Oktober 2019 sistem kanalisasi 2-1 bakal diuji coba di jalur Puncak. Perbesar

27 Oktober 2019 sistem kanalisasi 2-1 bakal diuji coba di jalur Puncak.

Harian Sederhana, Bogor – Untuk masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pastinya tidak asing lagi di telinga soal rekayasa lalu lintas one way atau sistem satu arah di jalur Puncak, Bogor yang biasanya diberlakukan setiap akhir pekan.

Dari informasi yang dihimpun Harian Sederhana, one way di jalur Puncak sudah berlangsung pada tahun 1987 dan sampai saat ini sistem tersebut telah berlaku selama 32 tahun. One way sendiri diterapkan untuk mengakomodir wisatawan yang hendak melancong ke Taman Safari Indonesia.

Ternyata sistem tersebut belum bisa menjadi solusi dalam mengurai kemacetan di jalur Puncak. Hal tersebut pun tersirat saat Bupati Bogor, Ade Yasin sempat angkat bicara perihal solusi mengatasi kemacetan jalur Puncak yang dinilainya semakin pelik.

Setelah 32 tahun on way diterapkan, tampaknya sebentar lagi sistem tersebut akan berakhir. Pasalnya, sistem kanalisasi 2-1 bakal diuji coba di jalur Puncak. Kanalisasi ini diterapkan untuk menggantikan sistem one way atau satu arah yang biasa dilakukan di Puncak.

Kanalisasi 2-1 artinya dua kendaraan naik menuju puncak, sedangkan satu kendaraan turun menuju Jakarta atau sebaliknya. Harapan diterapkannya sistem dua jalur ke atas satu jalur ke bawah ini bisa mengurai kemacetan di kawasan Puncak.

Keputusan penerapan kanalisasi sendiri telah disepakati oleh Polres Bogor, Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Bogor serta Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) ketika rapat mengatasi kemacetan di Jalan Raya Puncak.

Kasat Lantas Polresta Bogor, AKP Fadli Amri menuturkan sistem kanalisasi 2-1 ini rencananya akan dilakukan uji coba pada 27 Oktober 2019. Untuk itu dirinya menilai rencana penerapan sistem baru tersebut perlu sosialisasi yang masif.

“Sementara sudah dijadwalkan tadi bersama kepala badan, BPTJ, rencana pada 27 Oktober akan dilaksanakan uji coba kanalisasi 2-1. Ini butuh sosialisasi yang luas,” tuturnya selepas mengikuti rapat Save The Puncak di Kantor Bappedalitbang, Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (03/10).

Fadli pun menerangkan secara gamblang sistem one way dan kanalisasi 2-1. One way adalah kendaraan melintas bergantian dari Simpang Gadog menuju Puncak Pass atau sebaliknya, sedangkan kanalisasi 2-1 adalah sistem dimana kendaraan bisa melintas di kedua arah di Jalan Raya Puncak.

“Intinya kita membagi jalan. Kalau pagi itu kan one way naik (Simpang Gadog-Puncak Pass). Jadi, kalau 2-1, dua kendaraan naik, satu turun. Kalau misalnya one way itu tiga mobil bisa naik sejajar, pada sistem 2-1 ini, dua mobil bisa naik sejajar dan satu kendaraan dari lawan arah, dapat turun. Jadi dipersempit jalurnya,” paparnya.

Dia menegaskan, bila kanalisasi diterapkan maka waktu tempuh untuk sampai ke tujuan akan lebih lama. Sebab, jalur yang dilintasi kendaraan menjadi lebih sempit dari biasanya.

“Bila dengan one way ke atas misalnya dari Gadog ke Puncak memakan waktu 3 jam, dengan kanalisasi 2-1 bisa memakan waktu 6 jam. Ketika kanalisasi 2-1 dilakukan, jalan menyempit tapi arus lalu lintas akan tetap sama,” jelas dia.

Fadli menerangkan, tujuan dari kanalisasi 2-1 ini diterapkan supaya masyarakat dapat memakai Jalan Raya Puncak selama 24 jam. Nantinya, untuk skema awal kanalisasi 2-1 ini dari Simpang Gadog sampai Taman Safari Indonesia. Namun skema tersebut masih bisa berubah.

“Saya sampaikan kalau one way kan dari Simpang Gadog sampai Puncak Pass. Untuk sistem 2-1 ini, akan dianev. Apakah perlu diperpanjang atau bagaimana yang jelas ini mencari solusi, perlu perbaikan,” kata Fadli.

Sementara itu, untuk menyukseskan rencana penerapan sistem kanalisasi, BPTJ rencananya akan mempersiapkan seribu traffic cone yang bertujuan untuk membantu lancarnya arus lalu lintas di kawasan tersebut.

“Untuk kanalisasi 2-1 ini BPTJ sampai mengadakan seribu traffic cone. Nantinya traffic cone itu akan kami pasang mulai dari Gadog, Ciawi sampai simpang TSI (Taman Safari Indonesia) Cisarua,” imbuh Kepala BPTJ, Bambang Prihartono.

Sistem rekayasa lalu lintas kanalisasi 2-1 ini diakuinya akan menggantikan sistem one way yang selama ini diberlakukan di setiap akhir pekan. Biasanya, sistem jalur satu arah itu pun dilakukan saat musim liburan atau saat arus lalu lintas di Puncak berstatus padat.

“Pemasangan 1.000 traffic cone dilakukan mulai pukul 04.00 WIB, pukul 07.00 mulai diberlakukan kanalisasi 2-1 hingga pukul 12.00 WIB. Lalu sebaliknya, dari pukul 13.00 hingga pukul 17.00 WIB. Kami bersama Polres Bogor, Dishub Kabupaten Bogor dan polisi lingkungan warga (Polingga) akan mengatur keberadaan traffic cone ini,” imbuhnya.

Bambang menerangkan, jajarannya juga akan menempatkan petugas Satlantas Polres Bogor, Dinas Perhubungan dan Polingga di setiap 200 meter jalan agar pengendara lalu lintas patuh terhadap aturan baru ini.

Nantinya ratusan personel gabungan itu akan berkoordinasi dengan Kasat Lantas Polres Bogor agar pengendara tidak melalui batas jalan atau malah menimbulkan kemacetan baru.

“Kami pun akan bekerja sama dengan PT Jasa Marga akan menyosialisasikan sistem rekayasa lalu lintas kanalisasi 2-1 ini mulai dari Pintu Tol Jagorawi Cibubur hingga Pintu Tol Gadog, Ciawi,” kata Bambang.

Terkait jumlah personel Polingga yang diturunkan, setidaknya ada 40 personel yang ditempatkan di titik-titik kemacetan atau sepanjang Jalan Raya Puncak mulai dari Gadog, Ciawi, hingga TSI Cisarua.

“Untuk honor puluhan Polingga ini, nantinya akan ditanggung PHRI (Persatuan Hotel Restoran Indonesia) Kabupaten Bogor. Hal itu karena kita butuh peran swasta untuk mengurai kemacetan lalu lintas di kawasan Puncak,” tandasnya.

Menanti Jalur Puncak 2

Beberapa waktu lalu, Ade Yasin selaku Bupati Bogor angkat bicara soal kemacetan di jalur Puncak yang acap kali terjadi terutama pada akhir pekan atau Sabtu-Minggu. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sendiri sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.

“Jalannya sudah kita lebarin tapi tetep macet karena tidak ada solusi bagi kawasan Puncak, dilebarkan sudah, dan ditambah tidak mungkin. Sehingga jalan satu-satunya (mengatasi kemacetan-red) adalah LRT, MRT atau dibangunnya Puncak 2,” tuturnya ketika menjadi narasumber dalam diskusi yang digelar Podomoro Golf View, Selasa (17/09).

Ade Yasin mengaku dirinya sendiri sudah menyampaikan kepada Presiden RI, Joko Widodo kalau untuk mengatasi kemacetan di jalur Puncak salah satu solusinya adalah dibukanya jalur Puncak 2. Ade sendiri mengaku lahan untuk pembukaan jalur Puncak 2 sendiri sudah ada sepanjang 56 KM dan telah siap pembangunannya.

“Saya sudah sampaikan kepada Pak Presiden kalau mengatasi kemacetan di Puncak adalah dengan dibukanya jalur Puncak 2 yang mana lahannya sudah ada sepanjang 56 KM. Ini adalah solusi yang paling baik,” kata Ade.

Ia mengatakan di wilayahnya ada 81 titik kemacetan, dari jumlah tersebut tujuh diantaranya berkategori akut dan salah satunya adalah Puncak. Meskipun Puncak selalu macet, namun masyarakat seolah tidak pernah ‘kapok’ untuk berkunjung atau pun melintasi jalur tersebut.

“Bahkan sekarang ada istilah baru jadi wisata macet. Kanan-kiri sudah kita tambah atas bantuan dari pemerintah pusat. Bahkan PKL sendiri rencananya akan dipindahkan ke dalam rest area jadi kanan-kiri dibangun lalu rest area sendiri dapat bantuan dari pusat. Jadi PKL tidak digusur tapi digeser,” katanya.

Kemacetan ini sendiri mengusik Ade lantaran dirinya mendapat aduan dari masyarakat sekitar kawasan Puncak karena selama 32 tahun sampai saat ini penduduk di kawasan itu tidak bisa menggelar hajatan di hari Sabtu dan Minggu.

“Sabtu-Minggu bagi mereka lebih baik diam di rumah dan kegiatan lain dilakukan di luar hari itu. Untuk itu banyak yang menginginkan adanya perubahan, karena itu Puncak 2 dibangun ke luar Cianjur itu solusi. Jadi orang kalau mau ke Bandung tidak harus lewat Puncak, tapi yang mau ke Puncak untuk berwisata,” bebernya.

Selain itu solusi penanganan kemacetan di Kabupaten Bogor sendiri adalah beberapa solusi lain antara lain terbangunnya poros tengah-timur, terbangunnya Jalan Bojonggede-Kemang dan yang lain adalah penataan angkutan kota.

Selepas menjadi narasumber pun Bupati menegaskan dirinya akan terus mendorong pembangunan jalur Puncak 2 yang merupakan satu-satunya cara dalam mengatasi kemacetan di kawasan Puncak terlebih di akhir pekan.

“Tanpa pembangunan jalur Puncak 2, masalah kemacetan di kawasan Puncak tidak akan selesai. Jika perlu kami akan meminta ke Presiden langsung agar mengabulkan keinginan warga Bogor,” ungkap Ade.

Seperti diketahui, pembangunan jalur sepanjang 56 KM itu diperkirakan melintasi kawasan Sentul hingga Taman Bunga Cianjur. Selain dapat mengatasi kemacetan, pembangunan jalur Puncak 2 juga dinilai dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi daerah.

Pembangunan jalur Puncak 2 juga dinilai Ade nantinya tidak mengalami kendala, itu dikarenakan pemerintah tidak perlu melakukan pembebasan lahan, terlebih mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Meski tidak menargetkan waktu, Ade Yasin mengaku siap jika pembangunan jalur Puncak 2 dilakukan secepatnya.

“Kita sudah siap untuk dibangun. Lahan sudah ada dari hibah masyarakat dan sumbangsih para investor di zaman Pak Rahmat Yasin. Tidak mungkin kita menggunakan APBD, karena anggaran yang diperlukan sekitar Rp 1,25 triliun,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Kementerian PUPR sendiri sudah melakukan penanganan ruas jalan Puncak yang dilakukan secara bertahap sejak tahun lalu dan ditargetkan selesai pada tahun depan.

Penanganan yang dilakukan melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VI, Ditjen Bina Marga antara lain pelebaran jalan, pembangunan jembatan duplikat maupun penguatan tebing di titik-titik rawan longsor.

Selain itu, strategi penanganan jalur Puncak adalah dengan memperbaiki alur Puncak existing dengan pelebaran jalan dan jembatan dan penataan untuk menampung pedagang. PUPR sendiri sudah mempersiapkan rest area seluas 5 hektare di Gunung Mas yang bisa digunakan para pedagang.

Paket pelebaran jalan Ciawi—Puncak sepanjang 5 kilometer dan pembangunan tempat istirahat (rest area) Gunung Mas telah mulai dikerjakan sejak akhir 2018. Biaya pembangunannya menggunakan skema kontrak tahun jamak APBN tahun 2018-2019 senilai Rp73,10 miliar dengan target selesai akhir 2019.

Pekerjaan pelebaran jalan Ciawi—Puncak dibagi menjadi 4 segmen, yakni segmen 1 (Selarong) telah rampung pengerjaannya, segmen 2 (Cipayung) masih menyisakan pekerjaan pelebaran jalan sepanjang 510 meter, segmen 3 (Cisarua) sisa pekerjaan box culvert dan trotoar, segmen 4 (Gunung Mas) masih dalam tahap penggalian untuk pelebaran jalan.

Kementerian PUPR sendiri menilai jalur Puncak 2 yang membentang kurang lebih 48 km mulai dari Sirkuit Sentul—Babakan Madang—Hambalang—Sukamakmur hingga Pacet Istana Cipanas sudah sempat dikerjakan, tetapi belum selesai.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan proyek yang sempat mangkrak, tetapi dengan memperbaiki jalur Puncak yang ada terlebih dahulu. Setelah selesai dilakukan perbaikan, maka akan dibuat jalur Puncak 2.  (*)

Facebook Comments Box

Baca Lainnya

2.176 Calon Jemaah Haji Karawang Gagal Berangkat

4 Juni 2020 - 08:10 WIB

Kota Depok Siap Laksanakan AKB

4 Juni 2020 - 07:30 WIB

Angka Kehamilan di Bogor Tinggi Saat Pandemi Covid-19

4 Juni 2020 - 02:56 WIB

Depok Ajukan PSBB Proporsional 5-19 Juni

3 Juni 2020 - 22:47 WIB

Beras Bansos di Gunung Putri Kurang Berkualitas

3 Juni 2020 - 22:40 WIB

Trending di Bogor