Harian Sederhana, Citayam – Panganan sederhana serta penunda rasa lapar selalu tersedia bagi para pemburu kuliner di seluruh penjuru Kota Depok. Namun, meski harganya tergolong murah ternyata makanan tersebut tidak dibuat sembarangan.
Seperti yang dilakukan oleh Lisye Yuliantin pemilik brand kuliner Tabok Bamer, yaitu tahu bakso dengan kualitas bahan terjamin dan rasa yang menggugah selera. Kepada Harian Sederhana, wanita berhijab ini mengatakan komposisi kuliner perpaduan antara Kuningan-Surabaya ini dipastikan bergizi dan layak dikonsumsi segala kalangan.
“Bahannya tidak menggunakan pengawet dan kualitas tahunya dipastikan nomor wahid karena dibuat sendiri dengan air yang bagus,” tutur Lisye.
Perihal nama produknya “Tabok Bamer”, Lisye menerangkan bahwa istilah brand tersebut yaitu Tahu Bakso Bapak Mertua. Menurut dia, usaha tersebut muncul atas ide dari sang suami, yang kini tengah menekuni dan mengembangkan Pabrik Tahu.
“Pabrik itu milik bapak mertua, nah sekarang saya dan suami yang kelola. Agar lebih bernilai saya buat inovasi, tahu bakso itu. Oleh sebab itu, nama produknya disebutkan Bapak Mertua agar ada doa dari beliau,” bebernya.
Lisye menceritakan awal berkiprah dalam bisnis kuliner yaitu ketika Ibu dua anak ini mengalami kerugian yang cukup besar saat menjalani usaha pertamanya. Namun, sang suami terus memberikan semangat dan pemahaman bahwa membangun bisnis membutuhkan jiwa yang besar dan mental baja.
“Bisnis saya hancur, dulu itu usaha saya Agen gas merugi sampai puluhan juta. Nah, saya kan hobi makan bakso suami bilang kenapa ga bikin aja tahu kolaborasi dengan bakso. Dari situlah, ide bisnis muncul,” bebernya.
Tetangga, rekan, saudara terdekat Lisye memberikan respon positif saat mencoba Tahu Bakso tersebut, Hal itu membuatnya semakin percaya diri dan memutuskan untuk menekuni produk olahan itu.
Berbagai strategi dilakukan demi mengembangkan sayap usaha, salah satunya dengan masuk menjadi menjadi anggota Usaha Menengah Kecil Berbasis Masyarakat (UMKM) lewat pembinaan Pemerintah Kota Depok.
Disitu, Lisye ternyata merasa bahagia selain memperoleh pelatihan juga mengenal banyak pengusaha dengan latarbelakang kegagalan yang sama. Mereka saling bertukar pikiran dan informasi terkait cara – cara membangun usaha.
“Jadi kalau ada pameran atau Bazaar saya ikut, ada pelatihan mengenai usaha selalu saya ikuti tidak pernah absen. Alhamdulilah, sekarang sudah berjalan kurang lebih dua tahun,” terangnya.
Selain itu, kini Lisye telah memiliki dua gerobak gorengan yang menjual tahu bakso ayam yang dijual per buahnya Rp 1000. Omset usahanya melambung tinggi bisa dibayangkan per harinya setoran gorengan tahu mencapa Rp 1 – 2 Juta.
“Dalam lima bulan, penghasilan rata – rata sampai Rp 10 Juta. Saya juga menyediakan tahu baso dalam kemasan cepat saji, satu paket isi 10 harganya Rp 15 Ribu, kalau yang isi 15 Rp 25 Ribu” jelasnya.
Namun, suka dan duka dalam menjalani usaha mengiringi perjalanan usaha Lisye. Berbekal pengalaman sempat jatuh dan merugi dirinya tetap bertahan.
“Intinya, saya suka usaha ini, banyak ketemu orang dan modalnya ga terlalu besar beda seperti usaha saya yang awal. Berat lah kalau diceritakan, modalnya saja sampai ratusan juta. Kalau sekarang, tidak ada beban” pungkasnya.
Dirinya berharap, mampu mengekspor panaganan ciptaannya tersebut sampai ke mancanegara. Salah satu negara, yang menjadi sasarannya adalah Australia.
“Disitu banyak orang Indonesia, pasti makanan saya laris disana” tandasnya. (*)