Harian Sederhana, Jakarta – Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan hingga Senin ada penambahan 329 orang yang sembuh sehingga 7.637 pasien COVID-19 dinyatakan sembuh dari 26.940 orang yang terkonfirmasi positif.
“Sedangkan pasien yang meninggal sebanyak 1.641 orang. Jumlah pasien dalam pengawasan yang masih diawasi sebanyak 13.120 orang dan orang dalam pemantauan sebanyak 48.358 orang,” kata Yurianto seperti dikutip Antara News.
Data tersebut menunjukkan penambahan bila dibandingkan sehari sebelumnya, yaitu jumlah kasus positif bertambah 467 orang dan pasien meninggal bertambah 28 orang.
Sebelumnya pada Minggu (30/5) terdata 7.308 pasien sembuh dari 26.473 kasus positif dan 1.613 orang meninggal dunia.
Kenaikan kasus tersebut merupakan gambaran dari keseluruhan wilayah Indonesia. Namun bila dirinci lebih lanjut, angka yang masih cukup tinggi didapatkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah akan terus berupaya semaksimal mungkin pada provinsi-provinsi yang masih tinggi angkanya untuk bisa ditekan. Hal itu tentunya dilakukan dengan berbasis pada masyarakat setempat dalam mengubah perilakunya.
“Sementara itu, untuk hari ini terdapat 15 provinsi yang tidak ada laporan kasus positif baru,” ujarnya.
Yurianto mengatakan seluruh provinsi di Indonesia sudah terpapar COVID-19, sedangkan kabupaten dan kota yang terdampak sebanyak 416. Jumlah daerah terdampak ini tidak mengalami peningkatan dari hari sebelumnya.
Secara keseluruhan, pemerintah telah melakukan pemeriksaan usapan rongga mulut dengan berbagai jenis spesimen mencapai 333.415 spesimen, baik itu menggunakan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) ataupun Tes Cepat Molekuler (TCM).
Khusus untuk pemeriksaan hari ini diselesaikan sebanyak 10.039 spesimen. Sementara itu terdapat pula 6.525 spesimen yang masih sedang diverifikasi dengan laboratorium, rumah sakit yang mengirim dan beberapa sedang dalam proses untuk pemeriksaan.
Namun meski begitu kata dia, pemberlakuan new normal atau normal baru bergantung pada kondisi epidemiologi daerah masing-masing dan tidak akan dilaksanakan secara serempak, kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto.
“Kita tidak menganggap kenormalan baru itu ibarat bendera start untuk sebuah lomba lari, semua langsung bergerak bersama-sama. Tidak. Sangat tergantung kepada kondisi epidemiologis masing-masing daerah dan menjadi keputusan kepala daerahnya,” jelasnya.
Yurianto menegaskan bahwa kenormalan baru tidak akan secara langsung diberlakukan pada semua aspek dan bidang tanpa adanya sosialisasi, edukasi dan simulasi penerapan.
Penerapan normal baru akan diputuskan oleh pemerintah daerah setelah mendapatkan laporan kajian beberapa indikator seperti laporan epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan yang dikaji Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. (*)