Harian Sederhana – Jembatan Panus merupakan salah satu situs bersejarah peninggalan Belanda di Kota Depok. Ironisnya keindahan dan nilai sejarahnya terusik oleh tangan jahil yang melakukan aksi cora-coret atau disebut vandalisme. Permasalahan ini pun mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.
Wakil Wali Kota Depok, Pradi Supriatna mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumpah pihak terkait untuk membenahi jembatan tersebut. Ia pun kecewa atas ulah orang yang tidak bertanggung jawab merusak nilai sejarah dari Jembatan Panus.
Dirinya pun meminta kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok untuk mencari tahu siapa pelaku pencoretan Jembatan Panus lantaran dalam coretan tertulis nama salah satu sekolah swasta di Depok.
“Ini sangat disayangkan ya, ditengah keseriusan kami menata kota dan menjaga situs-situs bersejarah tapi malah di kotori. Saya sudah telepon Kadisdik untuk ditindaklanjuti. Saya juga minta agar segera dihapus itu coretan,” tegas Pradi pada wartawan, Selasa (15/1).
Lebih lanjut dirinya juga mengancam bakal memberikan sanksi tegas pada siapapun pelaku yang melakukan vandalisme di Kota Depok. “Kita bukan cuma tukang bersih-bersih terus. Ini harus ada kesadaran untuk ikut menjaga keindahan kota. Kalau ada yang masih bandel tentu ada sanksinya,” kata Pradi.
Pradi menambahkan, untuk mengantisipasi adanya kasus serupa pihaknya telah mengusulkan pemasangan kamera pengintai atau CCTV. Kemudian, lanjut Pradi, pihaknya akan semakin gencar mendatangi sekolah-sekolah maupun tempat kumpul kaum muda-mudi di Kota Depok.
“Kami datang ke kelompok-kelompok muda agar mereka punya semangat untuk membangun kota ini bukan sebaliknya,” imbuh Pradi.
Terpisah, Ferdy Jonathans yang merupakan salah satu penggiat situs sejarah sekaligus Koordinator Bidang Harta Milik Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) mengaku sangat kecewa atas tindakan vandalisme di Jembatan Panus.
“Terus terang saya sangat kecewa dengan corat-coret di Jembatan Panus apa lagi sekarang Pemkot Depok sedang memperbaiki jembatan tersebut,” katanya.
Ia pun menyarankan agar Pemkot Depok dapat memberikan perhatian khusus kepada situs dan cagar budaya Depok. “Saran saya untuk Pemkot Depok tetap memberikan perhatian khusus kepada situs dan cagar budaya Depok dan membuat program seminar-seminar dan talk show tentang sejarah kota ini,” bebernya.
Dari pantauan Harian Sederhana, coretan pada dinding jembatan kini telah hilang dengan dilapisi cat warna putih. Sebelumnya pada dinding jembatan tersebut terlihat tulisan nama salah satu SMK di Kota Depok.
Sebatas informasi, Jembatan Panus adalah salah satu peninggalan zaman kolonial Belanda yang diperkirakan dibangun pada tahun 1917 oleh seorang insinyur bernama Andre Laurens.
Nama Jembatan Panus sendiri diambil dari nama salah seorang warga yang tinggal disamping jembatan, yakni Stevanus Leander. Namun warga lokal biasa memanggilnya Panus yang akhirnya diabadikan menjadi nama jembatan tersebut.
Pada masa Pemerintahan Belanda, jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan penghubung antara Depok dengan Bogor dan ke Batavia (Jakarta). Sementara pada masa kini, jembatan itu memiliki fungsi sebagai pemantau naiknya debit kiriman air dari Bogor saat musim penghujan.
Hal ini dikarenakan salah satu kaki jembatan itu digunakan sebagai tiang ukur memantau ketinggian air untuk mewaspadai banjir saat musim penghujan. Di seberang jembatan lama itu, terdapat Jembatan Panus lainnya yang dibangun pada tahun 1990-an. Jembatan tersebut juga melintas di atas Kali Ciliwung tepatnya di Jalan Tole Iskandar yang merupakan akses penghubung antara Bogor, Depok dan Jakarta. (Zahrul Darmawan/Wahyu Saputra)