Harian Sederhana – Kota Depok terus tumbuh menjadi kota hunian, yang makin hari makin bertambah jumlah penduduk. Seiring dengan itu, beragam bangunan perniagaan dan jasa semakin berkembang. Imbasnya, lahan di Kota Depok semakin sempit.
Namun demikian, sektor pertanian rupanya tetap menggeliat di kota yang memiliki tagline Friendly City tersebut. Salah satu tanaman yang memiliki potensi penjualan dan saat ini tengah dikembangkan adalah alpukat miki. Alpukat mentega tanpa ulat ini banyak dikembangkan di wilayah Kecamatan Beji.
Camat Beji Ues Suryadi mengutarakan alpukat miki memang memiliki banyak keunggulan. Salah satunya adalah tanpa ulat. Tidak seperti kebanyakan pohon alpukat yang daunnya menjadi makanan ulat.
“Pihak kecamatan terus mengimbau warga di enam kelurahan yang ada di Kecamatan Beji, yakni Kelurahan Beji, Beji Timur, Kukusan, Tanah Baru, Kemirimuka, dan Pondokcina untuk menanam alpukat mini di lahan pekarangan,” ungkap Camat.
Awalnya perkembangan alpukat banyak di Tanah Baru dan Kukusan. Namun saat ini sudah memasyarakat. Bahkan, hutan di belakang UI sudah mulai ditanami. Begitu juga di kebun milik Universitas Gunadarma yang ada di Kelurahan Kukusan dan Beji.
“Di halaman kantor Kecamatan Beji juga ditanam sebagai contoh untuk masyarakat. Kecamatan siap mendukung dalam hal memberikan informasi, memfasilitasi untuk pelatihan mengenai cara tanam dan budidayanya. .” tuturnya.
Alpukat miki, lanjutnya, memiliki daging buah yang lebih tebal, tekstur buah yang lembut seperti mentega, kulit tipis, dan biji lebih kecil. Selain itu, alpukat ini tidak memiliki serat berlebih, sehingga memudahkan saat menikmatinya. Tidak hanya itu, tanaman ini juga memiliki usia panen yang jauh lebih cepat dibanding alpukat lainnya.
“Saya sudah buktikan dengan menanam sendiri di pekarangan rumah. Dalam usia tiga tahun, sudah tiga kali panen. Panen pertama pada usia pohon 2 tahun lebih,” paparnya.
Ketika bicara pemberdayaan ekonomi, katanya lagi, alpukat miki terus disampaikan sebagai contoh. Pasalnya, budidaya alpukat ini sudah terbukti meningkatkan ekonomi, baik dari penjualan buah maupun bibit tanamannya.
“Harga buahnya perkilogram cukup lumayan mencapai Rp22.000. Buah alpukat diminati dari kalangan balita hingga orangtua. Alpukat juga sangat diminati dalam bentuk jus. Selain buahnya, bibit tanamannya juga terus dikembangkan dan memiliki pangsa pasar yang sangat besar,” paparnya.
Camat menyampaikan penyebaran bibit alpukat miki tidak hanya di wilayah Kota Depok, namun juga ke berbagai daerah yang ada di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi.
“Ribuan bibit pohon alpukat miki sudah dijual ke berbagai daerah. Potensi ekonominya masih sangat luas,” tandasnya.
Dukungan Pemerintah Kota Depok terhadap pengembangan alpukat miki tidak main-main. Hal ini dibuktikan dalam pelaksanaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) 2017 di Malang, Jawa Timur, dan Rakernas Apeksi 2018 di Tarakan, Kalimantan Utara. Wali Kota Depok Mohammad Idris membawa dan menanam bibit alpukat mini dalam kegiatan menanam bersama yang dilakukan oleh wali kota se-Indonesia. (Hr/HS/SG)