Ia pun menyebut perhatian pemerintah kepada pelaku UMKM sampai saat ini belum ada. Ada wacana bantuan dari pemerintah pusat pun prosesnya cukup panjang. Banyak juga para pelaku UMKM yang tidak sanggup memenuhi syarat-syarat yang ditentukan untuk mendapatkan bantuan tersebut.
“Sejauh ini belum ada (perhatian dari Pemkot Depok). Kalaupun ada dari pemerintah pusat, banyak pelaku UMKM yang kesulitan. Kita khawatir pelaku UMKM yang wajib dibantu malah tidak mendapatkannya,” ujar Rudi.
Dirinya berharap bantuan yang diberikan seperti bahan baku yang murah dan kesiapan pemerintah untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan UMKM.
“Yang paling penting membuka peluang pasar. Kalau itu terwujud, UMKM sih tidak terlalu khawatir berbeda dengan pekerja yang kini tengah dirumahkan akibat pandemi ini. Buruh atau pekerja yang dirumahkan kini tidak memiliki usaha lain, mereka harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah,” papar Rudi.
Rudi optimis selepas pandemi Covid-19 ini akan segera bangkit. “Saya yakin UMKM akan bangkit secepatnya. Karena mau tidak mau bila para pelaku UMKM memproduksi produknya akan dibeli bila daya beli masyarakat kembali cukup tinggi,” ujar Rudi.
Sementara, Salfiyaningsih Aziz selaku Sekretaris Jenderal Wanita Pengusaha Muslimah Indonesia membenarkan banyaknya pelaku UMKM yang merasakan dampak akibat pandemi Covid-19. Sebagian besar bahkan ada yang memilih untuk menutup usahanya.
“Sejauh ini yang terdata sebanyak 20 persen (anggota UMKM dari WPMI) diantaranya tutup sementara. Selain itu, 80 persen lainnya merasakan penurunan omset yang begitu signifikan,” katanya.
Salfiya mengatakan, keluhan seperti bahan baku yang mahal juga menjadi permasalahan seluruh pelaku UMKM. “Diperparah lagi daya beli konsumen menurun sebesar 50 persen terutama untuk UMKM yang memiliki produk non premier (kebutuhan pokok seperti makanan dan lain-lain,” ujar Salfiya.