Harian Sederhana, Bogor – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kota Bogor sambangi Balai Kota Bogor, Kamis (25/4/2019). Kedatangan mereka untuk melakukan audiensi dengan Wali Kota mengenai berbagai persoalan yang berada di Kota Bogor.
Wali Kota Bogor Bima Arya tidak menghadapi para mahasiswa seorang diri, tetapi dia juga menghadirkan seluruh pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Isu paling mencolok dan jadi bahan pertanyaan adalah mengenai persoapan Jalan Regional Ring Road (R3), rerouting angkutan kota (angkot) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sangat minim serta terus berkurang dengan pembangunan yang masiv.
Koordinator BEM se Bogor Iqbal Habibi mengatakan, pihaknya mempertanyakan apa saja yang telah diperbuat oleh Pemkot Bogor.
“Kami tanyakan sejauh mana pengelolaan sampah di Kota Bogor, persoalan Jalan R3, Program konversi angkot yang hingga saat ini tidak jelas. Selain itu juga soal isu kota layak anak dan lainnya,” kata Iqbal.
“Lalu soal RTH yang hingga kini masih minim. Terlebih sekarang juga banyak bangunan mal, ruko dan bangunan-bangunan lainnya bagaimana penyediaan RTH-nya. Ini perlu ada perencanaan dan pengawalan,” tambahnya.
Mengenai isu-isu yang dibahas tersebut mereka meminta Pemkot Bogor untuk fokus dan tegas soal pembangunan infrastruktur yang mengambil alih kawasan hijau.
“Kewajiban itu jelas tertuang dalam Undang-Undang (UU) 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang. persentasenya daerah wajib menyediakan 14 persennya dari luas wilayah untuk RTH,” jelasnya.
Sementara untuk persoalan Jalan R3, ia menyatakan banyak warga mengeluhkan penutupan jalan sehingga warga harus memutar jauh dan terkena macet di jalur lama Parung Banteng.
Menyikapi kritik mahasiswa tersebut, Bima menjawab satu persatu semua pertanyaan. Untuk persoalan sampah kata Bima bagaimana membangun budaya di masyarakat, hingga menyediakan sarana dan prasarana sampah.
Diakui Politisi PAN itu, hingga saat ini Pemerintah terus melakukan penanganan. Selain membuang ke TPA Galuga, pihaknya juga terus menggalakan bank sampah.
“Bank sampah ini untuk memilah sampah, disitu ada Program edukasi kepada warga Kota Bogor. Mengurangi beban di Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” katanya.
Menurut Bima, bank sampah yang ada mampu mengelola 1,7 ton perhari 30 persennya plastik dan tidak bisa didaur ulang.
Disisi lain lanjut Bima, juga dituntut oleh para pengusaha plastik agar tidak menyetop penggunaan kantong plastik tapi hanya mengurangi, karena biacara intinya mereka rugi. “Tetapi program tetap kami dijalankan, karena kepentingannya untuk jangka panjang,” jelas Bima.