Harian Sederhana, Cibinong – Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di empat zona daerah Kabupaten Bogor mulai dilanda kekeringan. Hal ini ditandai dengan saluran irigasi yang mengering diakibatkan hutan gundul, berubah fungsinya kawasan serapan dan banyak berdirinya perusahan air menjadi bagian dari persoalan yang terjadi.
Keadaan ini tentunya berimbas kepada ratusan hektar pesawahan milik warga yang mengalami kekeringan dan terancam gagal panen. Selain itu masyarakat pun dilanda krisis air bersih.
“Untuk musim kemarau kita sudah upayakan ke setiap desa untuk mengecek kelapangan. Apabila ada yang kekeringan atau hal-hal yang berkaitan dilapangan akan segera ditindak lanjuti. Dan kalau ada warga yang kekeringan kita akan antisipasi bantuan dari BPBD untuk kebutuhan itu,” tutur Camat Cijeruk, Hidayat Saputra.
Dilanjutkan, bukan saja Cijeruk yang masuk dalam zona Bogor Selatan (Bosel) yang dilanda kekeringan. Beberapa wilayah tetangga, seperti Kecamatan Cigombong pun menghadapi kondisi serupa.
“Disini ada sejumlah perusahaan termasuk pabrik pengeloaan air dalam kemasan. Bentuk antisipasi kami upayakan minta bantuan kepada yang punya mata air dulu bentuk dari CSAR,” kata Hidayat.
Kondisi serupa juga dialami warga di zona Bogor Utara tepatnya diwilayah Kecamatan Ciseeng yang juga dilanda krisis air. Bahkan di kecamatan itu sebagian masyarakat kesulitan untuk mendapati air bersih.
“Sudah melakukan pendataan dan koordinasi dengan pemerintah desa atau pemdes yang selanjutnya akan jadi acuan pelaporan ke Pemkab Bogor. Memang wilayah Cibeuteung Muara merupakan wilayah langganan kekeringan,” ungkap Camat Ciseeng, Eddy Muslihat.
Krisis air pun terpantau melanda sejumlah desa di Kecamatan Ciampea yang masuk dalam zona Bogor Barat. Bukan saja pesawahan, sumur rumah tangga pun mulai mengalami kekeringan.
Camat Ciampea, Entis Sutisna mengakui jika warganya membutuhkan air bersih bahkan harus mengambil sumber mata air untuk keperluan mandi dan mencuci pakaian disungaim
“Ada mata air hanya buat keperluan mandi dan mencuci untuk minum mengambil mata air ke titik lain dan kita sudah memohon bantuan air bersih dan ajuan pemberian bantuan air dari BPBD,” kata camat Entis.
Terpisah Kasie Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Firdaus mengaku sejauh ini sebagian wilayah di empat penjuru mata angin di Kabupaten Bogor sudah dilanda kekeringan.
“Diantaranya Babakan Mandang, Kecamatan Tenjo merupakan kecamatan yang sering alami kekeringan dan daerah terparah ketika musim kemarau terjadi. Selain dua kecamatan itu ada beberapa kecamatan yang juga alami kekeringan sepeti Cijeruk dan Cigombong,” bebernya.
“Meskipun sejauh ini data kekeringan belum masuk ke BPBD secara rinci. Namun langganan kekeringan dan kekurangan air bersih itu terjadi di wilayah Timur dan Barat yang biasanya selalu parah dilanda kekeringan,” terangnya.
Untuk pendistribusian air bersih, Firdaus mengaku baru menyuplai wilayah Babakan madang (Bogor Timur), untuk wilayah lain akui Firdaus belum ada pendistribusian air bersih.
“Baru Kecamatan Babakanmandang aja yang didistribusikan air bersih,” ujarnya.
Sementara itu, keadaan serupa juga terjadi di zona Bogor Timur, meliputi Kecamatan Jonggol serta Cariu. Akibat tidak turun hujan, lahan pesawahan di dua kecamatan itu, sekitar 600 hektar terkena dampak musim kemarau. Ditaksir kerugian dapat mencapai Rp 3,2 miliar.
“Di Jonggol dan Cariu itu 600 hektare sawah sudah kekeringan kalau hingga satu atauvdua bulan kedepan tidak ada hujan maka ini bisa fuso atau gagal panen dengan kerugian sekitar Rp 3,2 miliar,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor Siti Nuriyanti kepada wartawan, Senin (1/7).
Ia mengaku kesulitan memberikan bantuan pengadaan air. Pasalnya, lokasi sawah tersebut jauh dari sumber air.
“Sumber air terdekat itu lebih dari 2 Km lebih dan pada tahun 2015 lalu dilokasi yang sama juga terjadi fuso atau gagal panen. Kepada sawah yang rawan kekeringan seperti ini kami menerapkan pergiliran tanam komoditi non padi dan juga mengikutsertakan mereka dalam asuransi hingga kerugiannya bisa ditekan sekecil mungkin,” terangnya.
Data 600 hektare sawah di Kabupaten Bogor yang terancam gagal panen melengkapi data sawah di Provinsi Jawa Barat yang rawan gagal panen (8.664 hektare) karena alasan serupa.
Selain Kabupaten Bogor, bagian Utara Jawa Barat seperti Majalengka, Indramayu, dan Cirebon merupakan daerah paling terkena dampak bencana kekeringan. Sawah-sawah yang mengalami kekeringan tersebut merupakan typikal sawah tadah hujan atau non irigasi.
“Sawah yang mengalami bencama kekeringan itu karena typikal sawah tadah hujan dan kalau mau diubah menjadi sawah irigasi itu agak sulit,” jelas Nuriyanti.
Ia melanjutkan kekeringan sawah di Jonggol dan Cariu tidak mempengaruhi produksi beras Carita Makmur yang dijual langsung kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Bogor karena produksinya yang mencapai 360 ribu ton pertahun sementara kebutuhannya 75 ton perbulan
“Pasokan beras Carita Makmur masih aman karena kita masih dapat pasokan dari daerah penghasil beras seperti Sukamakmur, Tanjungsari, Dramaga, Tamansari, Pamijahan, Leuwilsadeng, Tenjolaya, Cigombong, Cijeruk, Caringin dan lainnya,” lanjutnya.
(*)