Harian Sederhana, Bogor – Bupati Bogor, Ade Munawaroh Yasin angkat bicara soal kemacetan di jalur Puncak yang acap kali terjadi terutama pada akhir pekan atau Sabtu-Minggu. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sendiri sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Jalannya sudah kita lebarin tapi tetep macet karena tidak ada solusi bagi kawasan Puncak, dilebarkan sudah, dan ditambah tidak mungkin. Sehingga jalan satu-satunya (mengatasi kemacetan-red) adalah LRT, MRT atau dibangunnya Puncak 2,” tuturnya ketika menjadi narasumber dalam diskusi yang digelar Podomoro Golf View, Selasa (17/09).
Ade Yasin mengaku dirinya sendiri sudah menyampaikan kepada Presiden RI, Joko Widodo kalau untuk mengatasi kemacetan di jalur Puncak salah satu solusinya adalah dibukanya jalur Puncak 2. Ade sendiri mengaku lahan untuk pembukaan jalur Puncak 2 sendiri sudah ada sepanjang 56 KM dan telah siap pembangunannya.
“Saya sudah sampaikan kepada Pak Presiden kalau mengatasi kemacetan di Puncak adalah dengan dibukanya jalur Puncak 2 yang mana lahannya sudah ada sepanjang 56 KM. Ini adalah solusi yang paling baik,” kata Ade.
Ia mengatakan di wilayahnya ada 81 titik kemacetan, dari jumlah tersebut tujuh diantaranya berkategori akut dan salah satunya adalah Puncak. Meskipun Puncak selalu macet, namun masyarakat seolah tidak pernah ‘kapok’ untuk berkunjung atau pun melintasi jalur tersebut.
“Bahkan sekarang ada istilah baru jadi wisata macet. Kanan-kiri sudah kita tambah atas bantuan dari pemerintah pusat. Bahkan PKL sendiri rencananya akan dipindahkan ke dalam rest area jadi kanan-kiri dibangun lalu rest area sendiri dapat bantuan dari pusat. Jadi PKL tidak digusur tapi digeser,” katanya.
Kemacetan ini sendiri mengusik Ade lantaran dirinya mendapat aduan dari masyarakat sekitar kawasan Puncak karena selama 32 tahun sampai saat ini penduduk di kawasan itu tidak bisa menggelar hajatan di hari Sabtu dan Minggu.
“Sabtu-Minggu bagi mereka lebih baik diam di rumah dan kegiatan lain dilakukan di luar hari itu. Untuk itu banyak yang menginginkan adanya perubahan, karena itu Puncak 2 dibangun ke luar Cianjur itu solusi. Jadi orang kalau mau ke Bandung tidak harus lewat Puncak, tapi yang mau ke Puncak untuk berwisata,” bebernya.
Selain itu solusi penanganan kemacetan di Kabupaten Bogor sendiri adalah beberapa solusi lain antara lain terbangunnya poros tengah-timur, terbangunnya Jalan Bojonggede-Kemang dan yang lain adalah penataan angkutan kota.
Selepas menjadi narasumber pun Bupati menegaskan dirinya akan terus mendorong pembangunan jalur Puncak 2 yang merupakan satu-satunya cara dalam mengatasi kemacetan di kawasan Puncak terlebih di akhir pekan.
“Tanpa pembangunan jalur Puncak 2, masalah kemacetan di kawasan Puncak tidak akan selesai. Jika perlu kami akan meminta ke Presiden langsung agar mengabulkan keinginan warga Bogor,” ungkap Ade.
Seperti diketahui, pembangunan jalur sepanjang 56 KM itu diperkirakan melintasi kawasan Sentul hingga Taman Bunga Cianjur. Selain dapat mengatasi kemacetan, pembangunan jalur Puncak 2 juga dinilai dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi daerah.
Pembangunan jalur Puncak 2 juga dinilai Ade nantinya tidak mengalami kendala, itu dikarenakan pemerintah tidak perlu melakukan pembebasan lahan, terlebih mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Meski tidak menargetkan waktu, Ade Yasin mengaku siap jika pembangunan jalur Puncak 2 dilakukan secepatnya.
“Kita sudah siap untuk dibangun. Lahan sudah ada dari hibah masyarakat dan sumbangsih para investor di zaman Pak Rahmat Yasin. Tidak mungkin kita menggunakan APBD, karena anggaran yang diperlukan sekitar Rp 1,25 triliun,” pungkasnya.
Sementara itu Kementerian Perhubungan mengaku keberatan apabila harus memberlakukan sistem buka tutup jalan di wilayah Puncak. Seperti diketahui daerah tersebut merupakan lokasi destinasi wisata yang paling banyak diserbu wisatawan terutama pada musim liburan sekolah.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Bambang Prihartono mengatakan berbagai upaya dilakukan salah satunya akan membuat jalur baru, menuju Puncak Bogor. Perbincangan mengenai hal tersebut juga telah dilakukan dengan Bupati Bogor, Ade Yasin.
“Ini sudah disetujui, salah satu caranya adalah dengan segera mengaktifkan jalur alternatif Puncak 2 dan 3,” kata Bambang.
Selain itu, ada beberapa langkah solusi lainnya untuk memecah kemacetan yaitu dengan memberlakukan rekayasa lalu-lintas bersama Satuan Lalu Lintas Polres Bogor dan kebijakan yang diambil oleh BPTJ mengenai angkutan massal untuk mengurangi kendaraan roda dua maupun empat.
“Kemudian kita juga akan mengaktifkan Polingga, yaitu pemberdayaan masyarakat yang dibina oleh Satlantas untuk mengatur arus lalu lintas. Mereka nantinya ditugaskan di titik kemacetan,” bebernya.
Menurut dia, Puncak harus diberdayakan karena selain menjadi tempat pariwisata juga menjadi lokasi pengembangan sumber daya lainnya oleh karena itu butuh dukungan dari berbagai bidang kementerian dan jajaran pemerintahan terkait.
Bambang menyebut kondisi tempat berhawa dingin tersebut harus dikembalikan keasriannya seperti dahulu. Pasalnya, apabila terbengkalai maka akan kalah dengan destinasi wisata lainnya.
“Hati-hati, kalau Pulau Seribu dikembangkan Puncak akan tertinggal maka dari sekarang harus dipikirkan,” bebernya.
Kemudian, dia juga sempat menyinggung perihal Lintas Rel Terpadu (LRT) yang akan dikembangkan khusus untuk jalur Cibubur-Puncak. Namun, projek tersebut akan direalisasikan setelah LRT Cibubur-Dukuh Atas selesai dibangun.
“Ya kami fokus dulu (LRT Cibubur – Dukuh Atas) dipastikan mampu dioperasikan 2021, ya semoga di 2020. Setelah itu baru kita pikirkan rencana jalur LRT Cibubur-Puncak,” tutup Bambang.
Seperti diketahui, Kementerian PUPR sendiri sudah melakukan penanganan ruas jalan Puncak yang dilakukan secara bertahap sejak tahun lalu dan ditargetkan selesai pada tahun depan. Penanganan yang dilakukan melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VI, Ditjen Bina Marga antara lain pelebaran jalan, pembangunan jembatan duplikat maupun penguatan tebing di titik-titik rawan longsor.
Selain itu, strategi penanganan jalur Puncak adalah dengan memperbaiki alur Puncak existing dengan pelebaran jalan dan jembatan dan penataan untuk menampung pedagang. PUPR sendiri sudah mempersiapkan rest area seluas 5 hektare di Gunung Mas yang bisa digunakan para pedagang.
Paket pelebaran jalan Ciawi—Puncak sepanjang 5 kilometer dan pembangunan tempat istirahat (rest area) Gunung Mas telah mulai dikerjakan sejak akhir 2018. Biaya pembangunannya menggunakan skema kontrak tahun jamak APBN tahun 2018-2019 senilai Rp73,10 miliar dengan target selesai akhir 2019.
Pekerjaan pelebaran jalan Ciawi—Puncak dibagi menjadi 4 segmen, yakni segmen 1 (Selarong) telah rampung pengerjaannya, segmen 2 (Cipayung) masih menyisakan pekerjaan pelebaran jalan sepanjang 510 meter, segmen 3 (Cisarua) sisa pekerjaan box culvert dan trotoar, segmen 4 (Gunung Mas) masih dalam tahap penggalian untuk pelebaran jalan.
Seperti dikutip dari bisnis.com, Kementerian PUPR sendiri menilai jalur Puncak 2 yang membentang kurang lebih 48 km mulai dari Sirkuit Sentul—Babakan Madang—Hambalang—Sukamakmur hingga Pacet Istana Cipanas sudah sempat dikerjakan, tetapi belum selesai.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan proyek yang sempat mangkrak, tetapi dengan memperbaiki jalur Puncak yang ada terlebih dahulu. Setelah selesai dilakukan perbaikan, maka akan dibuat jalur Puncak 2. (*)