Harian Sederhana, Depok – Sebuah kegemaran atau hobi ternyata bisa menjadi dasar seseorang terjun di dunia bisnis. Namun, perlu perjuangan keras untuk lebih dalam mengenal jenis usaha yang akan diusung.
Seperti yang dilakukan oleh Ade Riki Yudanto pemilik bran kopi dingin botolan bernama “Berteman Dengan Kopi”. Kepada Harian Sederhana, dirinya mengaku menekuni usaha mulanya dari kegemaran meminum minuman populer tersebut di tahun 2018 ketika masih bekerja di sebuah perusahaan swasta terkemuka.
“Saya suka minum kopi, selepas bekerja kumpul bersama teman. Tetapi, harga kopi enak di mal cukup mahal, nah dari situ saya mencoba meracik sendiri dengan cita rasa tak kalah dengan yang dihidangkan di kafe-kafe,” tutur pria yang akrad disapa Riki, Minggu 1 September 2019.
Untuk menarik minat pembeli, Riki melancarkan berbagai strategi salah satunya dengan mengemas kopi dalam kemasan unik. Nama-nama minuman itu juga dibuat berbeda sehingga mengundang perhatian.
“Saya desain kemasan botol berteman kopi dengan nama-nama unik dan narasi yang mendeskripsikan judul dari masing-masing varian. Seperti kopi bercerita, kopi sore, kopi monokrom, dan kopi menunggu senja,” jelasnya.
Kemudian, pemilihan bahan bakunya juga diakui ayah dua anak ini tidak sembarangan. Biji kopi jenis robusta dan robusta wine asli Temanggung menjadi pilihan.
“Saya campur dengan beberapa racikan seperti coklat, susu kelapa, matcha, dan lain-lain. Rasanya tidak perlu diragukan,” bebernya.
Dirinya menerangkan, dari pengakuan para pelanggan rasa kopi racikannya diakui mirip kafe besar yang biasa menyediakan minuman kopi namun, harganya terjangkau. Namun, Riki enggan jumawa dirinya mau terus belajar dan memperdalam ilmu mengolah kopi hingga menemukan kualitas rasa yang pas.
“Banyak varian kopi lain yang saya ciptakan, tapi masih lakukan percobaan. Kalau pas ngeracik sih cerita uniknya ga terlalu banyak, paling failed di rasa, harusnya ngasih gula jadi garam,” kelakarnya.
Kisah inspiratif yang diceritakan Riki tidak selalu berujung manis, dirinya mengaku sempat memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan namun dijadikannya sebuah pelajaran yang berarti.
Yaitu, ketika mendapat kesempatan untuk mengisi lapak di salah satu kantor wilayah Jakarta Selatan, tepatnya Pondok Indah dengan sistem konsinyasi.
“Kopi yang dibawa jatuh dari motor dan beberapa tumpah di tengah jalan. Sempat down, tapi lanjut jalan untuk kasih sisa kopi yang ada. Setelah beberapa hari dapat laporan, ternyata dagangan basi semua karena penyimpanannya salah. Sebagian kulkas sebagian display di luar kulkas, jadi kepaksa sekitar 50 botol kopi saya buang semua,” terangnya.
Pengalaman pahit itu, membuatnya sedih pasalnya puluhan karya kopi hasil racikan harus dibuang. Bisa dibayangkan biaya dan tenaga yang telah dicurahkan. Namun, Riki mengaku enggan berputus asa.
“Semua itu pelajaran berharga karena dari sana saya banyak mengkoreksi produk saya supaya jadi lebih baik, lebih tahan lama, dan lain-lain,” tandasnya.
Satu botol kopi narasi dibanderol seharga Rp 15 ribu, harganya yang cukup terjangkau membuat omset Riki melesat tajam.
“Dalam sebulan, omset mencapai Rp 4 – Rp 5 juta. Sekarang produk saya bisa ditemui di beberapa tempat seperti Kantin RS Hermina,” jelasnya.
Selain itu, untuk lebih mengembangkan saya usahanya Riki meleburkan diri dalam Komunitas Usaha Menengah Kecil Masyarakat (UMKM) Cipayung. Warga Jalan Samiaji, Sukmajaya, Kota Depok ini mengaku banyak mendapatkan manfaat salah satunya memperoleh tempat usaha di Transmart.
“Bersyukur karena diberikan fasilitas kios oleh DKUM, membantu saya memperluas sarana promosi di luar konsinyasi di rumah sakit,” pungkasnya. (*)