Harian Sederhana, Depok – Jika biasanya sales promotion girl atau SPG identik dengan penjualan otomotif atau property, tapi di Kota Depok sejumlah wanita cantik ini justru digaet untuk menjajakan sapi. Lalu seperti apa cerita para SPG itu ketika berhadapan dengan sejumlah hewan berbadan besar tersebut.
Adalah Mall Hewan Kurban Haji Doni, satu-satunya tempat yang menjajakan sapi dengan konsep SPG cantik ala koboy di kota tersebut. Tema yang diusung pengusaha asal Depok ini sudah dilakukan sejak lebih dari lima tahun lalu.
Doni sendiri sebenarnya adalah pengusaha otomotif, khususnya jual beli mobil. Para SPG yang digaetnya itu adalah sejumlah staff yang biasanya menjajakan mobil di show room miliknya di kawasan Kelapa Dua, Cimanggis, Depok.
Tahun ini, SPG yang menjaga para sapi di mall hewan itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Mereka rata-rata adalah wajah baru, dan baru kali pertama bersentuhan langsung dengan hewan bertubuh tambun tersebut.
Adalah Risma, salah satu SPG cantik yang mengaku baru kali pertama diminta untuk menjajakan sapi oleh sang bos. Awalnya, wanita 24 tahun itu mengaku sempat cemas. Tak hanya takut diseruduk, Risma juga belum terbiasa dengan aroma menyengat yang berasal dari kotoran ternak tersebut.
Namun belakangan, Risma dan ketiga rekannya mulai bisa beradaptasi. Salah satu pengalaman yang tak bisa dilupakan wanita berambut panjang itu adalah ketika nyaris dijilat sapi.
“Takut enggak sih, cuma sempat cemas aja waktu awal-awal. Nah yang enggak bisa dilupain itu pas mau dijilat sapi,” tuturnya tersipu malu, Senin (22/7/2019).
Risma mengaku, dirinya nekat menerima tawaran Haji Doni lantaran ingin merasakan pengalaman baru, menjajakan sapi untuk hewan keperluan kurban. “Iya aku baru pertama kali, kami biasa di show room mobil. Karena diperbantukan aja disini nambah pengalaman juga. Yah dinikmati aja,” ujarnya.
Selain sensasi yang tak biasa ketika nyaris dijilat sapi, Risma juga harus terbiasa untuk berhadapan langsung dengan para sapi dan menjelaskan kondisi hewan itu kepada customer.
“Triknya ya harus berani aja. Kaya ngebanguninnya, kita harus berani. Kalau konsumen mau lihat kita harus berani bangunin sapi,” imbuh Risma.
Ketika ditanya lebih memilih mejual sapi atau mobil, Risma mengaku keduanya memiliki sensasi berbeda dan honornya pun menjanjikan.
“Ada deh honornya, ya lumayanlah. Kalau sapi kan musiman, pas kurban aja, cuma setahun sekali terus nambah pengalaman juga,” katanya.
Tak jauh berbeda dengan Risma, Widia, dara berusia 21 tahun ini juga mengaku, perasannya bercampur aduk ketika diminta untuk menjajakan sapi. “Pertama kali diajak gabung antara takut dan senang ya, karenakan aku baru pertama kali jual sapi. Ya awalnya takut, tapi itu cuma pertama-tama aja. Adaptasinya enggak sulit,” katanya.
Selain takut, Widia ternyata sempat khawatir aroma sapi membuatnya tak nyaman. Meski demikian, ia tetap harus menjaga penampilan agar tetap maksimal dimata konsumen.
“Bau sih, cuma kan lama-lama biasa juga. Ya tetap pakai minyak wangi, kan engga enak juga sama cutomer kalau kita bau. Rencana uangnya buat ditabung,” katanya sumringah.