Harian Sederhana – Semua orang berharap kota yang menjadi tempat tinggalnya aman, nyaman dan bersahabat. Terutama masalah kota-kota besar di Indonesia yaitu KE-MA-CET-AN. Surabaya jawabannya. Sudah berkali-kali Kota Surabaya mendapat penghargaan IRSA (Indonesia Road Safety Award) untuk kota paling patuh lalu lintasnya.
Banyak perubahan di Kota Surabaya terutama sejak wali kota-nya dijabat oleh Bu Risma. Selain tertib lalu lintas, Kota Surabaya juga banyak sekali taman-tamannya. Kalau dibanding sama Kota Depok memang belum apple to apple sih. Selain Surabaya merupakan ibu kota provinsi, usianya pun sudah sangat tua membuat lebih matang untuk ditata.
Depok memang sedang viral persoalan lalu lintasnya dengan program musik di lampu merahnya. Kalau menurut saya hal ini ga ada masalah karena ini sebuah upaya mengingatkan pentingnya tertib berlalu lintas dan sekaligus menghibur. Pasti akan ada kelanjutan dari program tersebut.
Seperti yg dilakukan di Surabaya, sesungguhnya ada hal-hal program yang bisa diambil oleh Depok untuk melengkapi program tersebut. Persoalan yg lebih mendasar dalam masalah lalu lintas. Kalau kita ditanya mana yang lebih penting memperbaiki sarana dan prasarana lalu lintas atau memperbaiki manusianya agar tertib berlalu lintas?.
Ya jawabnya dua-duanya. Coba kita lihat beberapa kota yang mendapat penghargaan untuk ketertiban lalu lintas. Kota Surabaya membuat sebuah program khusus bernama Superlantas, Anak-anak Cinta Lalu Lintas (ANCITA), dan Kampung Safety Riding yang membuat semua pengendara tertib dengan rambu-rambu lalu lintas. Selain itu, untuk para pejalan kaki, telah disiapkan 48 KM trotoar khusus yang tidak mungkin disalahgunakan oleh pengendara.
Kota Kudus memiliki berbagai cara menanggulangi pelanggaran yang ada di sana. Mulai dari pembenahan infrastruktur lalu lintas, hingga penambahan rambu di jalan. Selain itu, sistem penilangan yang ada di Kudus dinilai sangat canggih. Pelanggaran lalin disana berkurang hingga 50 persen dari 30 ribuan menjadi 12 ribu pada tahun 2017.
Kota Tangerang membuat beberapa program transportasi seperi membangun halte angkutan umum yang terintegrasi dengan JPO, manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, ATCS, ANDALALIN, penataan parkir di Pasar Raya, Park and Ride di Terminal Poris Plawad, car free day setiap bulan, emisi gas buang dan pembangunan fasilitas bagi pejalan kaki.
Ternyata memang kita harus membenahi infrastruktur sarana prasarana untuk berlalu lintas dan memperbaiki diri kita agar bisa tertib berlalu lintas, tidak seenaknya melanggar. Satu lokasi kita mulai sebagai kawasan tertib lalu lintas Margonda misalnya, akan menjadi cerita indah bagi Kota Depok.
SALAM SEDERHANA ……………………
(*)