Harian Sederhana, Depok – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa Barat dinilai tak efektif. Hal itu dipicu beberapa factor. Misalnya, masih banyak warga belum memahami ketentuan-ketentuan dalam aturan PSBB. Mereka belum tahu apa itu PSBB, maksud dan tujuan serta manfaat bagi warga.
Ketua Komisi IV DPRD Jawa Barat, Imam Budi Hartono menilai saat ini pemerintah hanya terfokus pada dua sisi penyelesaian yaitu masalah kesehatan dan masalah sosial.
“Dan juga masyarakat pikirannya tidak fokus terhadap masalah PSBB, kebanyakan fokus permasalahan sosial ekonomi karena sudah tak berpenghasilan lagi alias sudah tak punya uang lagi,” katanya pada Selasa(12/5).
Dia berpendapat bahwa pemerintah belum mampu memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakat sehingga banyak masyarakat yang masih kelular rumah untuk bekerja.
Soal bantuan sosial, kata dia, baik dari pusat maupun dari provinsi terbentur oleh masalah data maupun masalah keuangan pusat dan provinsi.
Wabah Covid-19 ini memperlihatkan data penduduk yang carut marut. Persoalan seakan tak habisnya dikelola secara baik. Mulai dari data pemilih dalam pemilu, sampai kini ketidak beresan terjadi.
Warga yang ingin mendapat bantuan sangat banyak tapi kenapa yang dapat orang yang sudah wafat bahkan tak ditemukan alamat penerima bantuan.
“Kami berpendapat tidak serentaknya pelaksanaan PSBB di Jabar juga menjadi penyebab tidak efektifnya PSBB,” tandasnya.
Dikatakan dia bahwa Bodebek melaksanakan PSBB pada pertengahan April lalu. Bandung Raya akhir April lalu. Sekarang akan dilaksanakan seluruh Jawa Barat. Masyarakat semakin lelah dengan semakin tak jelas nya waktu PSBB.
Faktor kepemimpinan yang tak tegas membuat peraturan yang berujung ketidak berhasilan sebuah program.
“Kita satu Bangsa, kita satu negara minimal satu provinsi, mengapa harus bergantian PSBB nya sementara mobilitas penduduk sangat tinggi untuk bepergian se wilayah Jawa Barat dan Jakarta,” ungkapnya.
Pihaknya juga mengevaluasi pemeriksaan di sejumlah check point.
Sejumlah persoalan yang terjadi di check point antara lain masih banyak warga yang tak menggunakan masker, aturan untuk penumpang baik motor dan mobil yang tak sesuai aturan PSBB terutama angkutan umum. Kemudian soal tradisi mudik pun membuat banyak warga melanggar PSBB.
Bulan Ramadhan dan lebaran sebagai tradisi mudik di Indonesia membuat warga tak tahan untuk tidak berkumpul dengan keluarga. Berbagai cara dilakukan warga untuk bisa pulang kampung.
“Apalagi sekarang dilonggarkan oleh pemerintah pusat untuk mudik. Semakin tak jelas ini aturan dan akan membahayakan penyebaran virus corona,” tambahnya.
Dia melihat, wilayah perbatasan Jawa Barat dengan Jakarta lalu lalang warga menggunakan kendaraan secara bebas.
Jabar dan DKI Jakarta meminta agar comuter line tak beroperasi karena terjadi penumpukan orang dalam gerbong kereta tak bisa dihindari. “Tetapi pusat dan pihak commuter line tetap dan terus beroperasi,” katanya.
Dari data yang ada, kata dia, sampai saat ini jumlah PDP, ODP tak juga melandai dan korban meninggal bertambah. Ketidaktegasan pemimpin membuat semua yang dilaksanakan tak efektif.
“Kita berharap dan berdoa semoga Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Penyayang memberikan ampunan kita semua, sehingga dengan seizinnya dan atas kuasa Nya Wabah Covid-19 ini segera dihilangkan dari bumi ini. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Keberkahan Ramadhan akan membawa bumi menjadi bersih dari wabah Covid-19 ini,” pungkasnya. (*)