Harian Sederhana, Depok – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok memastikan bocah berinisial M (13) yang meninggal dunia bukan karena gizi buruk melainkan menderita Tuberculosis (TBC).
Maka dari itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita mengatakan, pihaknya akan memeriksa penyakit TB atau TBC ke seluruh anggota keluarga dari M (13).
“Penyebab kematiannya karena TBC bukan karena gizi buruknya. Kami akan melakukan pemeriksaan kontak serumah,” kata Novarita, Selasa (9/7/2019).
Novarita mengatakan, gizi buruk yang diderita Maulana berawal dari infeksi TB atau TBC. Ia menjelaskan, TB adalah suatu penyakit bakteri menular yang berpotensi serius yang terutama mempengaruhi paru-paru. Bakteri penyebab TB menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
“Pemeriksaan TB terhadap keluarga M ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan agar tidak ada yang tertular,” ulasnya.
Menurutnya, M pun telah dibawa berobat di Puskesmas Depok untuk mengobati sakit TB yang dideritanya. Namun, sayangnya pengobatan itu tidak berjalan rutin. TB yang diderita Maulana saat itu menyebabkan dirinya tidak nafsu makan dan kekurangan gizi.
“Pernah berobat ke Puskesmas dan pasien disuruh cek lab tapi tidak datang lagi. Hingga akhirnya Maulana sakit dari 5 hari setelah lebaran, sering demam dan sulit makan. Lalu pas 7 Juli 2019 kondisinya drop dan dibawa ke RS Bakti Yhuda,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Maulana bocah berusia 13 tahun warga Kampung Lio, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Maulana menghembuskan nafas terakhirnya setelah sempat dilarikan warga ke Rumah Sakit Bhakti Yudha.
Wirawan Yosh, salah satu saksi yang juga tetangga korban mengatakan, saat dibawa ke rumah sakit, Maulana sudah dalam kondisi kritis.
“Nafasnya sudah tidak beraturan pas dibawa. Dokternya sempet bilang ini ikhlaskan aja. Cuma kami meminta untuk dokter tangani dulu umur kan tidak ada yang tahu,” tuturnya ketika dikonfirmasi Senin (8/7/2019).
Namun nahas, bocah dengan berat hanya sekira 25 kilogram itu ternyata tak tertolong. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit tersebut pada Minggu, 7 Juli 2019. Pihak keluarga memilih ikhlas dengan kejadian ini.
“Keluarganya sudah pasrah, dari ibu kandung sampai ibu angkatnya Maulana semua sudah ikhlas. Maulana pun sudah dimakamkan sore kemarin,” katanya.
Wirawan berharap kejadian yang menimpa Maulana ini dapat menjadi pelajaran bagi keluarga dan pemerintah setempat. Sebab hingga Maulana menjemput ajal, Pemerintah Kota Depok belum ada yang memberikan bantuan bahkan mengecek kondisi Maulana dari awal sakit sejak dua tahun lalu.
“Harapan saya sih Pemkot Depok datang langsung lihat kondisi ekonomi almarhum Maulana, apalagi banyak juga di kawasan Kampung Lio kasusnya serupa,” katanya.
Untuk diketahui, sejak kecil Maulana diasuh oleh ibu angkatnya bernama Sri seorang diri. Sehari-harinya, Sri menggantungkan hidup sebagai pengamen ondel-ondel lantaran telah lama menjanda. Sementara, orang tua kandung Maulana, Dastinah dan Kaslan juga tinggal di kawasan Kampung Lio.
“Jadi Maulana sudah diadopsi sejak dari bayi oleh Sri untuk menemaninya lantaran Sri tak punya anak. Ini udah persetujuan dua belah pihak,” katanya.
Wirawan mengatakan, selama setahun belakangan ini Sri baru mengetahui anaknya itu mengidap penyakit paru-paru dan infeksi pencernaan. Maulana pun sempat bolak-balik ke RSUD Pasar Minggu untuk menjalani pengobatan.
“Itu hanya pengobatan doang, tidak untuk dirawat. Padahal Sri punya KIS (Kartu Indonesia Sehat) tapi dia takut harus ngeluarin uang kalau Maulana dirawat,” katanya.
Sejak delapan bulan belakangan ini, kondisi Maulana semakin menurun. Bahkan bocah tersebut kerap tidak makan hingga akhirnya membuat penyakit yang diderita semakin parah dan menyebabkan gizi buruk.
“Jadi kata dokter pas diperiksa itu memang posisinya Maulana udah komplikasi,” imbuhnya.
(*)