Harian Sederhana – Banyaknya penggiat usaha UMKM saat ini, tentunya menyebabkan daya persaingan yang tinggi. Strategi pemasaran sangat dibutuhkan, untuk mencapai target penjualan.
Fandi Ahmad Shofwan, enterpreneur muda asal Kota Depok mencoba terobosan baru dengan membuat aplikasi khusus yang dipercaya sangat membantu pemasaran produk UMKM.
Harian Sederhana mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan The Young Enterpreneur ini, dengan optimis tinggi Ahmad menjelaskan mengenai aplikasi tersebut. Menurutnya, banyak pengusaha yang keteteran dalam hal strategi pemasaran.
“Jadi yang saya lihat selama ini banyak pengusaha yang produksi dan memasarkan juga. Ujungnya, ada saja yang ga sinkron seperti produksinya bagus, tapi pemasarannya meleset (tidak bagus-red),” tutur Ahmad, Rabu (13/03).
Menurutnya, apabila dianalogikan dalam hal ini Ahmad bergerak sebagai distributor, sedangkan para pelaku UMKM fokus pada produksi. Sehingga target penjualan akan tercapai. Ide tersebut terwujud karena latar belakang pekerjaan yang sempat digeluti pria berkacamata itu, yaitu sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan swasta.
Berdasarkan, pengalamannya selama ini dibutuhkan perencanaan pemasaran produk yang sangat matang ketika melangkah dalam menjaring pembeli.
“Selama ini mereka (penggiat UMKM) bergerak sendirian dan memang rata-rata para pelaku UMKM mengaku sempat menggunakan medsos tapi ternyata ketika di cek belum ada pelanggan sama sekali yang memesan secara online. Malah kebanyakan dari mulut ke mulut,” bebernya.
Celah tersebut dimanfaatkan olehnya dengan menerapkan sistem viral market lewat pembuatan aplikasi unggulan bernama Fipo. Ahmad mencoba memasarkan hasil produksi UMKM di dunia maya.
“Bentuknya itu sama seperti OLX, Tokopedia namun memang ini masih percobaan kita mulai itu di awal Januari 2019 kemarin. Ternyata peminatnya banyak juga, bahkan sempat ditahan juga kalau kebanyakan nanti kewalahan,” katanya.
Ahmad menerangkan, dalam menerapkan sistem tekhnologi pemasaran ini juga membutuhkan kerjasama sehingga pemasaran tidak tersendat. Semisal, dirinya sempat meminta untuk member aplikasi UMKM di Kota Depok yang telah mencapai 30 pengusaha diharuskan untuk memposting produk secara bergiliran setiap hari.
“Ini saya lakukan untuk menjaring costumer jadi tiap hari mereka yang sudah gabung posting produk di WA, secara bergantian setelah itu bagi mereka yang hendak memesan diarahkan untuk mendownload aplikasi Fipo di Playstore,” terangnya.
Selanjutnya, untuk masalah pembiayaan diyakini Ahmad tifak terlalu mahal untuk pembuatan aplikasi yang diuprage menjadi premium seharga Rp 400 ribu. Sedangkan agar bisa terafiliasi dengan Playstore di handphone dikenakan biaya Rp 100 ribu.
“Ini semuanya dibebankan kepada pengusaha yakni dana Rp 500 ribu itu didapatkan dengan hasil patungan. Jadi, tidak terlalu berat intinya kerja bersama dan hasilnya juga untuk bersama,” tandasnya.
Ahmad menuturkan, masih banyak kendala yang harus dihadapi selama ini terutama mengenai konsistensi para penggiat UMKM dalam melakukan posting produk. Menurutnya, masih banyak pengusaha yang kurang rajin memasarkan produksinya.
“Aplikasi ini harus dimanfaatkan sebaik baiknya, kami sebagai market plan yang memosting para penggiat. Nah kalau ga rajin posting, sayang sekali,” pungkasnya. (C1/Wahyu Saputra)