Harian Sederhana – Berawal dari coba-coba, pasangan suami istri ini mengelola limbah kulit pisang menjadi kerupuk renyah nan enak. Vipo Andrijani beserta sang suami, Santua Nugraha pun mendapat rejeki dari usaha rumahan yang mereka kelola.
Dalam mengeluti usaha kuliner ini, Vipo dan suami sempat mengalami kegagalan. Namun, hal itu justru menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Vipo, hingga akhirnya kesuksesan dapat mereka raih sedikit demi sedikit.
“Kami awal mencoba inovasi bisnis makanan ringan. Suami yang awal mula menemukan ide pembuatan kerupuk dari limbah kulit pisang,” cerita Vipo ketika ditemui di kediamannya RT02/05, Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Selasa (08/01).
Sambil didampingi suami tercinta, Vipo menceritakan awal mula membuat kerupuk dari bahan kulit pisang.
Ketika itu, sang suami mengajak Vipo keliling Depok. Sebelumnya, suaminya sudah memiliki rencana dipikiranya untuk mencari limbah pisang. “Awalnya suami saya cari limbah kulit pisang untuk pupuk,” katanya.
Setelah mendapatkan bahan limbah kulit pisang, sang suami pun mendapat ide cemerlang usai membaca informasi di internet bahwa kandungan kulit pisang banyak manfaatnya. Seperti untuk perawatan kulit, kalsium, vitamin c dan asam folat.
“Bahkan di Sumatera Utara (Medan) makan pisang sama kulit-kulitnya,” bebernya.
Setelah itu, hasil produksi kerupuk berbahan kulit pisang ini pun mulai laku di pasaran dan disukai semua kalangan. “Sebelumnya saya izin dulu buat P-IRT dari Dinkes Depok, sudah bisa dikonsumsi dan aman,” tuturnya.
Lebih lanjut ibu tiga orang anak ini menjelaskan, untuk produk sudah diberinama yaitu Gekaje. Gekaje ini diambil dari ketiga anaknya.
“Sekarang ini saya lagi proses pengajuan label halal di Disperindag. Mudah-mudahan cepat. Berharap dapat perhatian pemerintah kota untuk modal, karena membutuhkan open pengering,” ucap Vipo.
Vipo menuturkan, untuk pemasaran produknya juga sudah menggapai seluruh daerah di indonesia seperti Jawa, Bali, Batam, Pekanbaru, Jakarta, Banjarmasin, Papua, Bandung.
“Omzet saya per hari jika dirata-rata kan minimal Rp250 hingga Rp400 ribu,” tandasnya.
Jadi berkah bagi tetangga.
Selain itu, hasil produksi kerupuk dari limbah pisang ini juga menjadi berkah bagi para tetangga sekeliling rumah Vipo, pasalnya bila ada pesanan banyak dirinya pasti membutuhkan bantuan tetangga.
Bahkan, selama menggeluti produksi kerupuk itu Vipo sempat dipanggil dari pihak Kelurahan Bojong Pondok Terong. Dan mendapatkan penghargaan peraih kategori inovasi ramah lingkungan tingkat kecamatan.
“Nanti katanya akan dilombakan di tingkat provinsi Jawa Barat,” paparnya.
Produk kerupuk dari kulit pisang ini pun sudah tercium dari kalangan akademis. Kata dia, pihak Universitas Indraprasta (Unindra) di Jakarta Timur mengirim mahasiswanya belajar memproduksi kerupuk kulit pisang ini.
“Mereka berkunjung ke rumah ingin tahu bagaimana caranya membuat kerupuk dari bahan baku kulit pisang,” tandas Vipo. (Wahyu Saputra)