Cornelis lalu mengundurkan diri dari pekerjaannya di VOC. Kemudian ia mendapatkan hak tanah di antaranya di Sringsing, sekarang Serengseng Sawah, Jakarta Selatan, lalu Weltevreden (Gambir, Jakarta Pusat). Pada 18 Mei 1696, ia juga membeli lahan seluas 1.244 hektare.
Jejak Kaoem Depok
Berdasarkan persil atau surat tanah yang ia dapat, lahan seluas 1.244 hektare itu bernama Depok. Dengan tanah yang cukup luas itu, Cornelis kemudian berinisiatif menjadikan Depok sebagai kawasan pertanian. Bahkan, ia juga membuat hutan kota tertua yang terletak di kawasan Pitara, Kecamatan Pancoran Mas, yang disebut Cagar Alam.
Karena ingin memproduksi hasil bumi seperti kopi, padi, dan sebagainya, Cornelis membawa sekira 150 budak yang dianggap mengerti tentang pertanian. Mereka didatangkan dari Bali, Makassar, dan Ambon.
“Budak-budak ini siang hari bekerja, malam harinya diajarkan cara-cara Kristen. Mereka ini hidup dari lahan pertanian yang sekarang ini di pinggiran Ciliwung, sekitar Jalan Kartini, Jalan Pemuda, sampai area kantor Wali Kota Depok, itu dulunya persawahan,” jelas Ratu Farah.
Selain aktif menyebarkan agama Kristen, Cornelis gencar memberikan pendidikan bagi para budaknya. Ia bahkan sempat mengajarkan sistem ekonomi. Bukti dari pengaruh Cornelis salah satunya ialah Gereja Immanuel yang terletak di samping gedung YLCC, Jalan Pemuda Depok, Kecamatan Pancoran Mas.
Sedikit maju ke arah barat atau sekira 300 meter menuju Jalan Kartini, dapat dilihat bangunan sekolah yang dulunya disebut Europese Lagere School. Di abad ke-18, itu adalah sekolah khusus kaum elite yang dianggap sejajar dengan Belanda atau hanya warga pribumi yang berdarah biru.
Sekarang sekolah itu telah menjadi Sekolah Dasar Negeri 2 Pancoran Mas Depok. Tak jauh dari SD itu terdapat Rumah Sakit Harapan yang dahulu adalah gedung pemerintahan Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok.
Sebelum meninggal dunia pada 28 Juni 1714 (di usia 56 tahun), Cornelis berwasiat atau memberikan testament kepada seluruh budak yang berada di bawah kekuasaannya dengan hadiah kemerdekaan. Total ada sekira 150 orang budak yang dimerdekakan.
Tak hanya itu, Cornelis juga memberikan mereka lahan, rumah, hewan, dan alat-alat pertanian. Vrijgegeven lijfeigenen benevens haar nakomelingen het land voor altijd zouden bezeeten ende gebruyke yang artinya tanah ini dihibahkan kepada setiap dari mereka berikut keturunannya dengan kepemilikan sepanjang diperlukan, demikian tertulis dalam surat wasiatnya.
“Ketika dia wafat, seluruh harta diwariskan kepada para budak, termasuk gereja. Ketika dia mewariskan seluruh harta pada para budak yang ditakutkannya adanya keributan atau perebutan, makanya dia buat testamen yang menunjuk Jarong van Bali untuk memimpin dan mengatur mereka,” imbuhnya.
Cikal Bakal Presiden Depok
Karena khawatir terjadi perebutan setelah Jarong van Bali meninggal, para budak yang telah merdeka itu akhirnya menerapkan sistem demokrasi untuk memilih pemimpin yang mereka sebut presiden, sekali setiap tiga tahun.