Tantangan apa yang abang hadapi saat memperjuangkan aspirasi dari masyarakat ?
Ya banyak, tantangan itu kan ketika Pemerintah Kota Depok berkeinginannya 10 tapi ternyata budget aloksi anggaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat mampunya cuma lima, berarti tidak berhasil. Itukan salah satu tantangan ya. Lalu yang kedua kita juga kadang-kadang sering memberi pengertian kepada masyarakat apalagi mereka kalau kita turun ke bawah tahunya itu anggota dewan bisa disampaikan suatu masalah seolah-olahnya semua masalah itu kan ada jawaban. Padahal saya anggota dewan Provinsi Jawa Barat itu kan dibatasi oleh kewenangan.
Contoh, ketika masyarakat banyak sekali minta dibangunnya posyandu, jalan lingkungan di lingkungan RT/RW itu kadang-kadang saya juga agak susah untuk menjawab, karena itu lebih kepada kewenangan pemerintah kota kan. Tapi kalau bicara jalan provinsi, bantuan keuangan, lantas bicara sekolah SMA negeri, bicara bantuan kesehatan, bicara bantuan rumah tidak layak huni memang itu kewenangan pemprov.
Tantangan yang kedua adalah banyak sekali masyarakat yang suka menumpahkan keluh kesahnya baik ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur itu kadang-kadang mereka tidak bisa memilah mana yang harus disampaikan DPRD di tingkat kota, mana yang harus disampaikan provinsi dan mana yang harus disampaikan ke DPR RI.
Ketiga, tantangan berikutnya adalah sering sekali masyarakat menganggap dewan ini sinterklas jadi apapun yang dibutuhkan baik kegiatan sosial, kemasyarakatan, keagamaan, kepemudaan, kalo mereka punya even kegiatan menyampaikan bantuan dengan memberikan nomor rekening ke handphone kita itu kadang-kadang saya bingung untuk membagi pendapatan gaji saya dengan banyaknya proposal bantuan.
Nah, kadang-kadang itu tantangan bagi saya itu seni, karena kan terjadi pada masyarakat, cuma kadang-kadang juga karena bebarengannya banyak, jadi dibagi-bagi ya mungkin jadi tidak maksimal. Karena itu saya berharap masyarakat jangan terlalu berekspetasi kalau anggota dewan itu selalu ada uang.
Bang Has sendiri kan kembali terpilih untuk duduk di kursi parlemen Jabar, adakah program khusus yang akan disiapkan agar bisa terealisasikan di lima tahun kedepan ?
Saya ingin tahun ini mengusulkan beberapa program yang tentunya sejalan dengan program Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Seperti di Depok masih ada crossing kereta yang dilewati masyarakat karena itu saya mendorong agar dibangunnya fly over khususnya pada crossing yang berada di Dewi Sartika dan Stasiun Citayam agar masyarakat tidak terganggu terutama dari faktor keselamatan dan tentunya mengurai kemacetan. Yang kedua adalah saya ingin di Depok ini memiliki RSUD di luar Sawangan, alasannya saya ini beberapa kali mengantar masyarakat yang sakit terkadang membuat rasa sedih di hati saya.
Banyak sekali masyarakat yang menginginkan adanya RSUD di wilayah timur yakni di wilayah Tapos agar masyarakat di wilayah Cimanggis, Cilodong, Sukmajaya, dan Tapos bisa terlayani dengan baik dari sisi pelayanan kesehatan. Ketiga, saya ingin Depok memiliki stadion utama seperti di Pakansari. Beberapa kali saya sampaikan kepada Gubernur dan responnya juga baik. Saya juga sempat mendiskusikannya dengan Wali Kota Depok karena problem pembangunan stadion itu terkendala belum ada lahan yang pas untuk membangun stadion.
Saya sangat ini Depok memiliki stadion berstandar nasional atau mungkin internasional agar kedepan bisa menghelat kegiatan seperti AFF, SEA Games atau even apapun. Terakhir, saya ingin menghadirkan sekolah-sekolah baru di Kota Depok dilengkapi dengan sarana prasarana pendidikan agar putra-putri kita bisa menjadi generasi emas.
Selama jadi anggota dewan, adakah tips membagi waktu karena kita tahu hal tersulit adalah membagi waktu. Apa yang abang terapkan selama ini ?
Selama jadi dewan tahun 1999, untuk bicara keluarga saya sendiri berumah tangga tahun 2000 dan setelah berumah tangga supaya tidak terganggu, istri tuh usaha dagang nasi, sampai sekarang masih di Tole Iskandar. Soal membagi waktu, zaman sekarang kan sudah canggih terutama perkembangan media sosial dan itulah yang saya manfaatkan. Prioritas itu pasti keluarga dan setelahnya baru konstituen. Keluarga sendiri sudah mengerti akan kehidupan saya sebagai politisi separuh nafas dan jiwa ini kan sebenernya milik masyarakat banyak.
Saya ini dari dulu sampai sekarang itu nomor telepon selular saya cuma satu dan tidak pernah ganti. Itu bentuk tanggung jawab moral dan konsisten terhadap masyarakat yang memilih saya agar mereka bebas menyampaikan aspirasi dan bersilaturahim walaupun melalui telekomunikasi. Kalau bicara berkaitan dengan masyarakat, saya terbiasa handphone ini akif 24 jam, dan siapapun yang WA, SMS maupun telepon senantiasa dijawab. Saya juga memanfaatkan waktu reses untuk keluarga dan konstituen.
Apa harapan abang khususnya untuk Kota Depok ?
Saya ingin Depok ini sebagai kota jasa dan perdagangan ingin perkembangan industri kreatifnya lebih maju serta berbasis masyarakat dan kearifan lokal. Selain itu kemajuan perkembangan SDM-nya harus kita tingkatkan. Saya berharap Depok ini juga pro aktif untuk membangun komunikasi dengan pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan termasuk dengan DKI Jakarta, karena kalau mengandalkan membangun kota depok dengan jumlah penduduk 2 juta hanya mengandalkan dari APBD kota Depok maka akan mengalami kelambatan arus relasi pembangunannya.
Jadi saya ingin Depok kedepan itu mengalami percepatan akrelasi pembangunan karena dia tidak hanya mengandalkan sebuah pembiayaan dari APBD kota tapi dia mampu menarik bantuan dari DKI Jakarta, Kementerian, dan juga pemerintah pusat baik BAK dan BAU. Depok juga harus menarik program dan bantuan dari Pemprov Jabar dan mampu juga memberdayakan para pelaku ekonomi dalam pihak ketiga, untuk bisa mempercepat akrelasi pembangunan Kota Depok. Jadi harus ada visi yang bisa mengantarkan Depok ke jauh lebih maju kedepan serta harus ada keberanian.
Depok ini juga harus terkenal asri, estetikanya bagus, tamannya bagus tidak kumuh dan hampir semua sungai yang besar di Depok-Bekasi bersih dari sampah. Harapan saya pada Depok ini ada ruang publik yang membuat panggung kreatifitas untuk menggali untuk menampilkan seni budaya lokal. Kita tidak punya panggung permanen di Depok ini. Malam minggu kita ngelancong ditempat itu, kulinernya lengkap, parkirnya bagus, MCK-nya bagus, penerangannya bagus, panggungnya bagus, siapapun bisa tampil baik remaja, lenong apa saja itu, saya kira itu luar biasa, masyarakat akan sangat terhibur, tapi kita belum ada ruang terbuka publik ya memang bisa mengedukasi para seniman dan para budayawan untuk bisa tampil. Itulah harapan saya untuk Depok.