Harian Sederhana, Depok – Uji coba Kereta Moda Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi rencananya akan dilakukan pada 18 Oktober 2019. Terkait hal tersebut, berbagai persiapan pun dilakukan yang mana salah satunya proses pengangkatan gerbong (trainset) kereta pertama di Stasiun LRT Harjamukti, Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (13/10).
Prosesi tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Perhubungan Budi Karya, Dirut PT KAI Edi Sukmoro, Dirut PT INKA Budi noviantoro, Dirut PT Adhikarya Budi Harto.
Menteri Perhubungan Budi Karya menuturkan dipersentasekan garapan sarana maupun prasarana LRT untuk Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) terukur mencapai 60 persen. Kedepannya ada 31 total keseluruhan rangkaian (trainset) yang disediakan untuk mengangkut penumpang.
“Saat uji coba nanti kita akan turunkan enam trainset dulu. Ini adalah projek kedua kita setelah menggarap LRT di Palembang,” tutur Budi.
Proses uji coba moda transportasi modern tersebut dipastikan akan memakan waktu hingga satu tahun kedepan. Sedangkan operasional LRT secara normal ditargetkan di tahun 2021 mendatang.
Budi menyebutkan, proses pembangunan berjalan dengan baik hingga saat ini berkat koordinasi yang apik antara PT Adhikarya sebagai penunjang sarana dan PT INKA untuk pemenuhan prasarana.
Selain itu, untuk pendanaan proyek LRT Jabodebek ini menggunakan skema proyek kerjasama pemerintah badan usaha atau KPBU yang melibatkan beberapa kementerian seperti Kementerian Perhubungan, Keuangan, dan BUMN.
“Proses pembangunan jalur LRT mulai dari Rute Cawang-Cibubur rampung 85,7 persen, Cawang – Dukuh Atas 56,1 persen. Untuk Cawang – Bekasi Timur 59,5 persen,” tegasnya.
Uji coba sementara, masih menurut Budi akan dilakukan selama satu bulan sambil memperbaharui kekurangan seperti pengiriman rangkaian kereta LRT secara bertahap hingga nantinya siap dioperasionalkan secara normal pada 2021 mendatang.
“Jadi bertahap ya, mulai dari pemenuhan rangkaian kereta yang dikirim satu per satu tiap bulannya. Tarif telah disepakati Rp 12 ribu, seharusnya Rp 25 ribu namun disubsidi oleh pemerintah. Semua kita lakukan bertahap sampai satu tahun kedepan,” terangnya.
Masih ditempat yang sama Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Panjaitan meyakini dengan beroperasinya LRT mampu mengurangi kemacetan terutama di Ibu Kota DKI Jakarta. Digambarkannya, ujicoba pertama akan dihadirkan enam rangkaian kereta, satu rangkaian mampu mengangkut kurang lebih 250 penumpang.
“Sekali angkut (itungan jam) kemungkinan bisa mencapai 1500 penumpang tentunya, mampu mengurangi kemacetan di jalan (darat) dan menekan polusi udara juga,” kata Luhut.
LRT yang dikerjakan mulai dari Cibubur hingga Bekasi Timur ini disebut-sebut akan lebih baik dibandingkan dengan Moda Raya Terpadu (MRT). Ia bahkan menyebut hasil kinerja Kementerian Perhubungan berkolaborasi bersama sejumlah instansi terkait diakuinya tidak sia-sia, terutama dilihat dari segi teknologi.
“Kita sudah lihat pekerjaan yang panjang, dan mulai memperlihatkan hasilnya. Hampir seluruh unsur (bahan baku) buatan dalam negeri (INKA). Ini merupakan kemajuan yang luar biasa bagi putra Indonesia. Teknologinya juga generasi ketiga, sudah bagus dari MRT,” kata Luhut.
Luhut menyebut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga berapresiasi terhadap penyelesaian proyek LRT yang merupakan salah satu karya anak bangsa. Kedepannya, evaluasi dan perbaikan untuk penyempurnaan moda transportasi moderen itu akan terus dilakukan.
“Saya tadi di Bogor sudah bertemu Presiden, beliau senang dengan proses yang telah ditempuh (Proyek LRT). Kalau ada kekurangan sedikit tidak apa-apa, nanti akan terus diperbaharui asalkan tetap dalam negeri (bahan baku). Sambil diperbaiki juga kedepannya,” bebernya.
Selain itu, kemajuan pesat juga terlihat dengan diangkutnya sejumlah trainset (gerbong) kereta ke lintasan LRT menandakan bahwa proyek tersebut nantinya akan sangat berguna bagi masyarakat. “Nanti kita lihat percobaannya, 18 Oktober 2019 sekarang. Kita harapkan di November 2021 mendatang rampung secara keseluruhan,” tegasnya.
Selanjutnya, pembangunan LRT akan sangat terasa manfaatnya selain sebagai solusi mengurangi kemacetan, moda transportasi itu juga diyakini mampu mengurangi polusi udara.
“Cosnya, 50 persen lebih murah itu sudah kita hitung. Ketika berfungsi (LRT) nantinya tidak akan menggangu kendaraan di darat juga, karena dibuat melayang (elevate),” tandasnya.
“Tentunya, Traffick (kemacetan) berkurang, apalagi kalau dihitung enam rangkaian LRT mampu mengangkut 1500 penumpang,” tandas Luhut. (*)