Harian Sederhana, Bekasi – Sebuah rumah kontrakan yang dihuni terduga teroris kelompok Abu Zee dan Abu Rara di Bekasi digerebek Tim Densus 88 Antiteror. Rumah kontrakan itu berada di di Kampung Rawakalong, RT 02/04 No. 88 Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Minggu (13/10).
Kontrakan tersebut dihuni oleh terduga teroris berinisial NAS yang menyerahkan diri kepada polisi di Bandar Lampung pada Minggu pagi. NAS sendiri diduga merupakan anggota Jaringan Ansharut Daulah (JAD) Bekasi yang berafiliasi dengan ISIS.
Tim Densus 88 bersama jajaran kepolisian Polres Metro Bekasi dan Polsek Tambun melakukan penggeledahan di rumah kontrakan terduga teroris. Penggeledahan dilakukan pada pukul 14.30 WIB. Polisi terpaksa mendobrak pintu rumah kontrakan terduga teroris lantaran tidak adanya jawaban dari seseorang.
Setelah berhasil terbuka dengan cara didobrak, polisi langsung melakukan penggeledahan. Di rumah kontrakan berwarna biru itu ternyata sudah tidak ada penghuninya. Tim Densus pun langsung melakukan pemeriksaan di rumah kontrakan tersebut.
Dari penggeledahan tersebut ditemukan sejumlah barang bukti di antaranya puluhan buku terkait jihad, khilafah, kabel, logo berlambang ISIS, dan paku. Sementara bahan peledak dan sejenisnya tidak ditemukan di tempat ini.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tambun Kompol Siswo mengatakan bahwa saat ini proses penggeledahan baru selesai dilakukan dan akan dilakukan pemeriksaan secara intensif mengenai barang bukti yang berhasil disita. “Sekarang sudah dibawa semua BB (barang bukti),” tutur Siswo.
NAS diduga merupakan anggota JAD Bekasi pimpinan Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba, juga terkait dengan tersangka penusukan Menkopolhukam Wiranto, Syahrial Alamsyah alias Abu Rara dan istrinya Fitri Andriana (FA).
Siswo menjelaskan pada saat didobrak tidak ada anggota keluarganya. Awalnya polisi mengira masih ada anak terduga teroris di rumah kontrakan tersebut. “Iya nggak ada orang di dalam, awalnya kan anaknya ada di dalam. Ternyata sudah ditangkap tadi di Cibitung,” ucap Kompol Siswo.
Sementara itu Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, NAS terlibat dalam kelompok media sosial pendukung ISIS atau Daulah. Dia juga diketahui berbaiat kepada Al Baghdadi bersama dengan kelompok Abu Zee.
“Dia berbaiat kepada Al Baghdadi bersama dengan kelompok Abu Zee. Bahkan, dia juga pernah membahas tentang khilafah bersama dengan kelompok Abu Zee,” kata Argo.
Argo mengungkapkan, NAS juga merupakan ustaz dari organisasi bernama Khilafatul Muslimin. Khilafatul Muslimin menentang Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan UUD 45.
Penggeledahan di kontrakan berwarna biru orange itu juga disaksikan oleh Ketua RT dan RW setempat. Selain itu, penggeledahan juga berlangsung dengan kondusif. Adapun barang bukti tersebut selanjutnya akan disita oleh kepolisian. “Situasi aman dan terkendali, selanjutnya mengamankan barang bukti,” ucapnya.
Berprofesi Sebagai Ojek Online
NAS sendiri diketahui telah tinggal di rumah kontrakan tersebut sejak dua bulan lalu dengan istri dan anaknya. Selama menempati rumah tersebut, NAS tidak pernah bersosialisasi kepada tetangga. “Aktivitasnya pergi kemudian pulang, dan lebih banyak di dalam rumah,” tutur Nadian seperti dikutip dari Tempo.
Menurut Nadian, tak ada yang mencurigakan dengan aktivitas Noval selama tinggal di lingkungan perkampungan di sana. Selama ini, Nadian mengenal Noval sebagai driver ojek online. Hal itu terlihat dari seragam yang dikenakan setiap kali pergi dan pulang dari rumah kontrakan tersebut. “Saya juga tidak pernah tegur sapa,” ujar dia.
Pengurus RT setempat, Ahmad Qurtubi membenarkan bahwa Noval merupakan penduduk baru di sana. Karena itu, ia tak banyak tahu aktivitas Noval selama tinggal di kontrakan petak. “Kesehariannya biasa saja, karena dia nge-Grab. Kalau dilihat dari identitasnya, pindahan dari Jakarta,” ujar Qurtubi.
Jumat lalu, polisi juga menangkap terduga teroris anggota kelompok Abu Zee, berinisial TH di sebuah rumah di RT/RW 001/005, Jalan Bambu Larangan, Cengkareng, Jakarta Barat. Hasilnya, didapati beberapa barang tentang organisasi yang telah dicap sebagai teroris, ISIS.
Dalam penggerebekan di kediaman TH, polisi menemukan sejumlah barang bukti, termasuk dua buah bendera, satu ikat kepala, dua topi, dan satu lembar foto pahlawan pembela Islam.
Temuan itu diungkap Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Prabowo Argo Yuwono yang dibagikannya lewat keterangan tertulis, Sabtu 12 Oktober 2019. Dia merinci telah disita delapan lembar kertas catatan ISIS bersama sebilah pisau lipat dalam tas selempang.
Selain itu, “Ada dua bendera, sebuah ikat kepala, dua topi, selembar foto pahlawan pembela Islam, tujuh buku, dan tiga bundel catatan,” kata Argo.
Polisi menduga, pemuda 20 tahun itu terlibat dalam kelompok yang mendukung ISIS atau Jamaah Ansharud Daulah (JAD). Tak hanya itu, Taufik juga diduga mengetahui rencana aksi amaliyah atau serangan teror kelompok JAD Bekasi pimpinan Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba.
Pasangan suami istri tersangka pelaku penyerangan terhadap Menteri Kooordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto di Pandeglang, Banten, pada 10 Oktober lalu adalah anggota kelompok yang sama. “(Taufik) Berbaiat kepada Al Baghdadi bersama dengan Kelompok Abu Zee. Mengikuti idad di taman dan lapangan perumahan Puri Cendana,” ujar Argo.
Diketahui, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto diserang orang tak dikenal dengan menggunakan senjata tajam di daerah Pandeglang, Banten pada Kamis, 10 Oktober 2019. Akibat penyerangan itu Wiranto mengalami dua luka tusuk di bagian perut sebelah kiri.
Wiranto menjadi korban serangan dua teroris. Mereka adalah Syahrial Alamsyah (SA) alias Abu Rara dan Fitri Andriana (FA). SA sendiri disebut bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS.
Polisi menyebut, terduga teroris yang menyerang Menko Polhukam Wiranto, SA alias Abu Rara kesal Amir JAD Bekasi Abu Zee Ghurobah ditangkap. Abu Rara pun berkomitmen melakukan amaliyah.
Densus 88 Antiteror menangkap Abu Zee Ghurobah bersama delapan anggotanya pada 23 September 2019.
Hal itulah yang membuat SA menyerang Wiranto. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, Abu Rara merasa takut dan tertekan setelah mendengar Abu Zee tertangkap.
“Kalau tertangkap, maka saya khawatir akan tertangkap,” kata Dedi di Mabes Polri, Jumat (11/10) menirukan Abu Rara. (*)