“Nah itu lagi dalam pemeriksaan apakah dalam pemeriksaan (izin bawa senjata api-red). Karena uji psikotes pemilikan itu ada evaluasi satu hingga dua tahun,” katanya.
Jenderal bintang dua itu menjelaskan, izin kepemilikan senjata api wajib diperpanjang selama dua tahun berturut-turut. Hal itu dilakukan untuk menghindari perubahan psikologi seseorang.
“Nah ini memang karena kejiwaan (bukan dendam) karena perkembangan kebiasaan seseorang, dan hubungan sosialnya berpengaruh pada kejiwaan seseorang,” tandasnya.
Pak Pulang Pak….
Disisi lain, suasana duka tampak menyelimuti kediaman Bripka Rahmat, di kawasan Perumahan Tapos Residence, Kecamatan Tapos, Kota Depok sejak Kamis malam. Salah satu anak korban terlihat tak kuasa menahan tangis.
Bocah laki-laki itu bahkan sempat histeris. “Ya Allah papa ya Allah papa, tengokin Vito terus papah, papah tengokin Vito,” jeritnya dipelukan sejumlah keluarga.
Tangisan bocah malang itu pun semakin menjadi. “Enggak mau, aku mau liat papah sekarang, papah enggak mau aku enggak rela papah pergi. Papah, papah, papah, papah,” ujar bocah itu sembari menangisi ayahnya.
Kondisi serupa juga dialami Neni, istri Bripka Rahmat. Ia tak henti-hentinya menangis sambil memeluk erat peti almarhum yang tergeletak berbalut bendera merah putih. “Pak, bangun pak. Ini hari Jumat. Katanya mau ketemu Reza,” katanya menangisi kepergian sang suami.
Melihat hal itu, sejumlah kerabat dan keluarga lainnya pun berusaha menenangkan. Usai menjalani serangkaian proses kenegaraan, jenazah pria 41 tahun itu akhirnya di makamkan di TPU Graha Prima, Jonggol, Kabupaten Bogor pada Jumat siang, 26 Juli 2019. Bripka Rahmat meninggalkan seorang istri dan dua anak.
Sosok Korban dan Tersangka
Kepergian Bripka Rahmat juga menyisakan duka yang cukup mendalam bagi kerabat rekan seprofesi. Salah satu koleganya yang mengaku tak menyangka dengan peristiwa itu adalah Kasubdit Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Sumardji.
“Kami dari Subdit Regiden Ditlantas Polda Metro Jaya merasa prihatin terhadap Bripka Rahmat, perlu saya sampaikan beliau salah satu anggota memiliki integritas tinggi, bekerja baik, sopan, diberi pekerjaan bisa selelsai artinya luar biasa di kendinasan,” katanya saat ditemui di rumah duka.
Selain itu, dimata Sumardji, Bripka Rahmat sangat aktif dan peduli terhadap kondisi dilingkungan tempatnya tinggal. Salah satu buktinya adalah berhasil menghalau aksi tawuran antar remaja.
“Beliau juga diberi amanah sebagai Ketua Pokdar Kamtibmas itu bukan beban pekerjaan yang mudah tetapi susah karena harus meluangkan waktu disisa pekerjaannya yang harus dijalankan di kepolisian,” tuturnya.
Sumardji berharap, peristiwa ini tidak lagi terjadi. “Tentunya kita harap semuanya jangan terjadi lagi cukup sampai disini saja sehingga jadi pembelajaran agar anggota polri lebih sabar tidak gampang marah emosi dan berfikir jernih jangan meluapkan kemarahan dan yang tidak diinginkan masyarakat,” katanya.
Tak jauh berbeda dengan korbannya, Brigadir Rangga juga ternyata dikenal sebagai sosok yang baik dimata warga tempatnya tinggal, di kawasan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Depok. Tak hanya aktif bersosialisasi, Brigadir Rangga juga dikenal sebagai sosok yang dermawan.
“Dia kalau kegiatan lingkungan aktif. Nah dia juga sebagai salah satu donatur mushola ya, mushola disana itu. Mushola Al-Ikhlas. Itu untuk santunan dan lain-lain itu dia yang back up,” kata Sadikin, Ketua RT setempat.
Karena itulah, warga pun tak menyangka jika pria 31 tahun itu bakal melakukan aksi sadis tersebut. Sadikin mengaku, dirinya baru mengetahui kasus yang dilakukan Brigadir Rangga sekira pukul 00:00 WIB, Kamis malam.