Harian Sederhana, Depok – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Depok menggelar acara Musyawarah Kerja atau Muker di Villa Alam Segar, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Minggu (20/10).
Ketua PC NU Kota Depok, Ahmad Solechan menuturkan salah satu bahasan hangat dalam acara tersebut adalah penggunaan digital dalam berdakwah dan menjalankan program kegiatan. Apalagi menurutnya saat ini sudah masuk era digital dan harus digunakan sebagai sarana dakwah dalam menyampaikan pesan-pesan kebaikan.
“Salah satunya dalam menghadapi dan menangkal radikalisme. Karena paham tersebut telah menjadi ancaman bagi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya kita menyampaikan Islam yang damai, toleran, dan Rahmatan Lil Alamin,” tuturnya kepada Harian Sederhana.
Ia menjelaskan, dalam Muker tersebut pihaknya juga merumuskan program kerja selama lima tahun kedepan. Salah satunya untuk menjawab tantangan di era digital dimana semua informasi gagasan dan kinerja semua sudah terdigitalisasi. Untuk itu, lanjutnya, semua program NU harus ditopang dan optimalisasi secara digital.
“Fokus yang sedang dihadapi adalah permasalahan kerakyatan, kebudayaan, ekonomi dan konsolidasi semua akan manfaatkan dunia digital,” katanya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini menerangkan pentingnya gadget sebagai alat bagi nahdliyin untuk berdakwah. Sebabnya, di era milenial ini, aktivitas masyarakat tidak bisa lepas dari kecanggihan teknologi, baik untuk kepentingan pendidikan, ekonomi, maupun dakwah.
“Maka saya sering mengatakan bahwa ormas yang tidak menjadikan sosial media sebagai alat atau media dalam berdakwahnya, maka siap-siap menjadi fosil sejarah, dan tentu kita tidak ingin menjadi fosil sejarah karena kita punya sejarah dan peradaban yang unggul,” kata Helmy.
Apalagi, sambung Helmy, NU merupakan organisasi yang perannya tidak hanya diakui oleh bangsanya sendiri, tetapi juga oleh bangsa-bangsa di dunia. Secara kuantitas pun, NU merupakan ormas terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa jumlah mayoritas penduduk Indonesia adalah umat Islam, sementara dari jumlah umat Islam tersebut mayoritas amaliyahnya berafiliasi dengan NU.
Hal itu setidaknya terlihat dari data yang pernah dirilis Alvara Research Center pada Januari 2017, yakni umat Islam Indonesia mayoritas melakukan tahlilan (83.4%), merayakan maulid Nabi (90%), melakukan qunut saat subuh (71.7%), ziarah kemakam ulama (48.8%), dan melakukan shalat tarawih 11 rakaat (54.1%), serta penentuan awal hari besar mengikuti rukyatul hilal (62.8%).
Helmy mengatakan, walaupun masyarakat banyak yang berafiliasi dengan amaliyah NU, tapi masih banyak yang belum memahami fikrah (cara berpikir) dan harakah (gerakan) NU. Melihat kenyataan tersebut, sudah selayaknya menjadi tantangan pengurus NU dalam rangka menjamiyahkan nahdliyin.
“NU Depok harus berperan aktif dalam menterjemahkan program kegiatan. Sehingga kegiatan bisa dilakukan dengan baik dan memberikan manfaat,” terangnya.
Sekarang lanjut Helmy, bagaimana melalui sistem kaderisasi yang di PBNU dibuat gerakan berbagai macam sistem kaderisasi, baik itu pelatihan muharrik di masjid-masjid, kemudian pelatihan-pelatihan di lembaga dakwah NU, di Lakpesdam NU juga mengembangkan program PPWK.
“Seluruhnya ini adalah bagian dari upaya kita untuk melakukan proses yang disebut dengan penjamiyahan nahdliyin di seluruh masyarakat nusantara,” ucapnya.
Masih ditempat yang sama, Wakil Kepala Kepolisian Resort Kota (Wakapolresta) Depok, AKBP Aria Perdana menyambut baik apa yang yang dilakukan NU. Ia berharap NU bisa menjadi kekuatan perekat untuk kesatuan. Apalagi, Kota Depok terdiri dari beragam suku, agama dan ras.
“Kita berharap agar NU menjadi perekat umat, terutama dalam menjaga kondusifitas dan keamanan. Apalagi, membela negara adalah kewajiban warga negara,” tandasnya. (*)