Harian Sederhana – Belakang ini kasus kekerasan terhadap anak marak terjadi di Kota Depok. Terkait hal itu, keberadaan rumah aman atau yang biasa disebut safe house pun dinilai menjadi sangat penting. Namun sayangnya, sampai dengan saat ini, kota yang disebut-sebut layak anak itu belum memilikinya.
Sebagai alternatif untuk menyiasati hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok pun membentuk Tim Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau yang disebut P2TP2A. Keberadaan para relawan ini pun dianggap sangat berpengaruh untuk mensiasati permasalahan tersebut.
Raden Ayu Inu Virgiani Augustia, salah satu relawan psikolog P2TP2A mengakui keberadaan safe house sangat dibutuhkan di Kota Depok. Menurutnya, hal ini juga telah menjadi perhatian serius wali kota.
“Kita memang belum ada tapi sudah direncanakan akan dibangun. Insha Allah dalam waktu dekan akan ada. Kalau dibilang mendesak, ya mendesak karena sudah diajukan sejak 2014,” katanya saat ditemui wartawan disela-sela kesibukannya di Mapolresta Depok, Selasa (12/2).
Wanita yang akrab disapa Vivi ini mengatakan, safe house diharapkan dapat dibangun pada 2019 atau 2020.
“Mencari tempatnya sudah ada, tapi saya belum bisa bicara. Kita lihat saja, biar Wali Kota sendiri yang jawab. Kalau kita ingin sih secepatnya paling tidak tahun ini atau 2020 sudah ada,” bebernya.
Menurut Vivi, safe house sangat penting, apalagi Depok telah menyonsong kota layak anak. “Kalau kita bandingkan kasus kekerasan anak bukan hanya di Depok, dimana-mana ada. Kalau ditanya butuh, kita sangat butuh (safe house-red). Karena kan kasus ini seperti gunung es, tapi alhamdulillah P2TP2A sangat aktif dan banyak korban yang sudah berani melapor ke kami,” ujarnya.
“Masyarakat butuh P2TP2A. Sebagai alternatif kita ada mobil perlindungan anak, ya sistem jemput bola,” timpalnya lagi. (Zahrul Darmawan/Wahyu Saputra)