Harian Sederhana, Depok – Komisi Nasional HAM akan mendalami temuan dan kesaksian di lapangan guna memastikan kepolisian bekerja sesuai prosedur operasionalnya dalam penanganan kerusuhan yang terjadi di Jakarta pasca-pengumuman hasil Pemilu 2019.
“Kami mendalami apakah SOP dari kepolisian itu berjalan dengan baik, karena ada yang meninggal dunia,” kata Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik, dikutip dari Antaranews, Kamis, 23 Mei 2019.
Menurut Ahmad Taufan, Komnas HAM juga akan mendalami peristiwa kerusuhan yang disebut oleh polisi melibatkan pihak ketiga. “Kita menginginkan ada pengungkapan fakta sehingga apa yang diduga menjadi terang,” kata dia selepas menemui korban di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Aksi rusuh di Jakarta dilaporkan terjadi selama tiga hari sejak 21 Mei 2019 lalu. Ratusan orang ditangkap karena memprovokasi, melawan petugas serta membuat kerusuhan. Enam orang dilaporkan tewas dalam kejadian itu.
Adapula laporan lain yang menyebutkan satu dari korban tewas adalah Farhan Syafero. Orang tuanya, Muhammad Safei mengatakan, Farhan meninggal dunia dalam kerusuhan di Petamburan, Jakarta Barat. Diduga, Farhan tewas akibat luka tembak yang menembus lehernya.
Safei berharap ada investigasi atas kematian yang dialami putra keduanya itu. “Siapapun itu, apakah Komnas HAM, pihak 01 atau 02, intinya saya terbuka untuk dilakukan investigasi,” katanya di rumah duka di Kampung Rawa Kalong, Jalan Pramuka Gang Perintis RT 3/7, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Depok, Kamis (23/5) kemarin.
Safri berharap, ada pihak yang bertanggungjawab atas kematian Farhan. “Harapannya, ada yang bertanggungjawab, saya nggak tau siapa, tapi kalau memang penyebab kebrutalan polisi berarti institusinya kan yang datang,” ujarnya.
Safri menambahkan, hingga kini pihak keluarga hanya mengetahui Farhan tewas tertembak, namun keluarga belum menerima proyektil peluru yang disebut-sebut menembus leher korban. “Kata rumah sakit sih penyebabnya kematian tidak wajar, kami dapat info dari temannya kena tembak, tapi kalau mau dilihat penyebab harus diautopsi, tapi kami nggak mau,” katanya.
Salah satu pengurus DPP Front Pembela Islam, Habib Idrus Al Gadri meyakini, Farhan adalah salah satu korban salah sasaran. Sebab, dari hasil penelusuran serta keterangan para saksi, Farhan bukanlah peserta aksi unjuk rasa pada Rabu (22/5).
“Almarhum bukan peserta aksi juga bukan laskar FPI. Dia pecinta habaib. Dia ini aktif di majelis taklim, seperti Majelis Taklim Rasulullah, dan Nurul Mustofa. Nah saat kejadian almarhum ini semata-mata lagi jaga rumah Imam Besar FPI, Habib Rizieq Syihab di Petamburan,” katanya saat dikonfirmasi wartawan.
Habib Idrus sangat menyayangkan Farhan tewas dengan cara tragis. Ia juga mendesak kasus ini segera diusut tuntas agar jelas pelaku yang harus bertanggungjawab.
“Ini menyangkut nyawa seseorang. Saya enggak habis pikir kok bisa seperti ini. Kemarin kami juga sudah ke rumah almarhum, menyampaikan amanah Imam Besar FPI sekaligus keprihatinan atas kasus ini. Insya Allah almarhum mati syahid,” tutur Habib Idrus.
Farhan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Bhakti Kemuliaan saat bentrokan di wilayah Petamburan, Jakarta Barat pada Rabu dini hari. Jasadnya kemudian dimakamkan tak jauh dari rumah duka di kawasan Cinere, Depok. Pria 31 tahun itu meninggalkan seorang istri dan dua anak yang masih sangat kecil.
(*)