Metro Depok – Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) diharapkan bisa menjadi pusat kajian dan penelitian peradaban Islam di Indonesia dan dunia.
Demikian dikatakan Presiden Joko Widodo saat melakukan peletakan batu pertama Universitas Islam Internasional Indonesia di Kelurahan Cisalak, Kecamatan Sukmajaya, Selasa (05/06).
Jokowi mengatakan Indonesia selama ini dikenal dunia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar. Karena itu, sudah sepantasnya Indonesia menjadi rujukan bagi kemajuan peradaban Islam di dunia. UIII Inilah nanti tempatnya.
“Pembangunan kampus UIII memang sudah digodok dan dimatangkan sejak dua tahun. Akan tetapi nyari lahannya tidak mudah. Saya tidak mau setengah-setengah. Awalnya, saya minta lahannya 1.000 hektare, tapi susah mencarinya di Jawa,” ujarnya.
Untuk pembangunannya, Presiden juga telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2016 Tentang Pendirian UIII. UIII dibangun tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik di bidang pendidikan tinggi Islam.
Dia berharap UIII bisa menjadi pusat kajian dan penelitian peradaban Islam di Indonesia. Pembangunan kampus UIII ini diperkirakan akan menghabiskan biaya kurang lebih Rp3,5 triliun.
“Memang ilmu dan riset melihatnya ke depan, bukan ke belakang. Baik dari sisi desain, tata ruang, saya melihat ini kampus masa depan,” katanya.
Tahun ini akan dimulai dengan anggaran sekitar Rp700 miliar. Pembangunan diperkirakan akan selesai total dalam empat tahun.
“Saya sudah masukkan dalam proyek strategis nasional. Tahun depan, kampus ini sudah bisa digunakan untuk tiga fakultas yang sudah disiapkan,” jelas Presiden.
Presiden menjelaskan alasan perlunya didirikan UIII. Meski Indonesia memiliki banyak Universitas Islam Negeri (UIN), namun UIII bukan hanya untuk menjawab kebutuhan domestik.
“Jadi ini bukan untuk menjawab kebutuhan domestik, tetapi dibentuk terutama untuk menjawab kebutuhan masyarakat Internasional, untuk memperkokoh kepemimpinan Indonesia di dunia internasional, terutama umat Islam internasional,” jelasnya.
Menteri Agam Lukman Hakim Saifuddin menambahkan, UIII hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat global, sekaligus untuk meneguhkan kepemimpinan Indonesia di dunia Islam internasional.
“Kami sering mendapat pertanyaan sejak Perpres itu diterbitkan mengapa perlu membangun lagi sebuah Universitas Islam baru di Indonesia? Bukankah sudah ada puluhan perguruan tinggi Islam negeri dan bahkan ratusan kampus Islam swasta,” katanya.
Menurut Menag, UIII hanya akan membuka tingkat pendidikan Magister dan Doktor. UIII dibangun di atas tiga nilai dasar yang akan mewarnai keseluruhan aktifitasnya, yakni nilai-nilai ke-Islaman, wawasan dan proyeksi global, serta nilai-nilai ke-Indonesia-an.
“Berbeda dengan kampus-kampus Islam yang sudah ada, UIII diproyeksikan tidak hanya sebagai institusi pendidikan yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar, riset, dan pengabdian masyarakat semata,” paparnya.
Lebih dari itu, pembangunan kampus ini adalah upaya untuk membangun peradaban Islam Indonesia, serta menjadi kontribusi terhadap peradaban global melalui jalur pendidikan.
“Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, peradaban Islam Indonesia menjadi salah satu pusat perhatian dunia,” katanya.
Secara umum, dunia mengapresiasi Muslim Indonesia yang memiliki kemampuan mengelola keragaman budayanya, menjaga toleransi dan keharmonisan antarwarganya, serta yang terpenting juga terbuka terhadap nilai-nilai universal demokrasi dan hak-hak asasi manusia.
Hal ini telah berhasil memikat dunia muslim untuk belajar dan mengambil inspirasi dari Indonesia. “Untuk itu, UIII nantinya tidak hanya memiliki fakultas dan perpustakaan layaknya kampus. Kami katakan kampus UIII juga akan memfasilitasi berdirinya Pusat Peradaban Islam, Pusat Kajian Strategis Islam, Pusat Studi Kawasan Islam, serta Museum Seni dan Budaya Islam, yang akan menjadi pusat preservasi ragam artefak dan manuskrip Islam Nusantara,” katanya.
Selama ini, lanjutnya, jika dunia internasional membincang peradaban Islam, maka yang selalu mengemuka adalah peradaban Islam Arab, Peradaban Islam Persia, atau Peradaban Islam Turki, tanpa menyebut peradaban Islam Indonesia.
Padahal, sejarah peradaban Islam Indonesia atau Nusantara telah melewati rentang waktu yang amat panjang selama berabad-abad, serta telah mewariskan satu karakter Islam wasathiyah, Islam moderat, yang terbukti handal mengembangkan nilai-nilai Islam dalam lingkungan budaya yang plural dan toleran.
“Dengan dibangunnya kampus ini, kita harus pastikan bahwa kelak, perbincangan peradaban Islam di dunia akademik Internasional tidak lagi hanya terbatas pada peradaban Islam di dunia Arab, Persia, atau Turki, melainkan termasuk dan tak terpisahkan di dalamnya Peradaban Islam Indonesia,” katanya.
Dalam rangka mensinergikan nilai-nilai ke-Islam-an dengan keilmuan, UIII juga tidak hanya akan mencetak sarjana, tapi juga menyiapkan imam-imam Muslim berkelas internasional, yang akan menjadi duta-duta perdamaian dunia, penyambung lidah inspirasi nilai-nilai Islam washatiyah Indonesia kepada dunia internasional.
UIII akan memiliki tujuh fakultas, yakni: Kajian Islam (Islamic Studies), Ilmu Sosial (Social Sciences), Humaniora (Humanities), Pendidikan (Education), Ekonomi Islam (Islamic Economics and Finance), Sains (Sciences), serta Ars. (Aji/MD/JPG)