Harian Sederhana, Depok – Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengeluarkan surat keberatan atas penanyangan film Kucumbu Tubuh Indahku di Kota Depok. Tayangan film arahan Garin Nugroho itu dinilai memiliki banyak unsur yang berbau penyimpangan seksual.
“Alasan Pemerintah Kota Depok menyampaikan keberatan atas pemutaran film tersebut di lingkungan Pemerintahan Kota Depok adalah dalam rangka menjaga dan memelihara masyarakat dari dampak oleh perilaku penyimpangan seksual beserta dampaknya. Karena itu, kami meminta penayangannya dihentikan,” tutur Wali Kota Depok, kemarin.
Keberatan tersebut disampaikan melalui surat Nomor: : 460/185/Huk/DPAMPK tertanggal 24 April 2019 kepada Komisi Penyiaran Indonesia yang ditembuskan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika. “Tentunya kami tidak ingin film ini membuat resah masyarakat kami. Apalagi Kota Depok sendiri sangat sensitif soal hal-hal yang seperti itu.”
Wali Kota keberatan karena adegan dalam film mengenai penyimpangan seksual dirasa bisa berdampak pada keresahan masyarakat . “Film ini juga dikhawatirkan dapat mempengaruhi cara pandang atau perilaku masyarakat, terutama generasi muda untuk mengikuti bahkan membenarkan perilaku penyimpangan seksual,” kata dia.
Orang nomor satu di Depok ini menyebut adegan penyimpangan seksual yang berada di film ini bertentangan dengan nilai-nilai agama. Apalagi Kota Depok beberapa waktu ini sangat kencang dalam memerangi LGBT di Kota Depok.
“Penyimpangan seksual jelas bertentangan dengan nilai-nilai agama,” dia menegaskan.
Idris khawatir penanyangan adegan penyimpangan seksual dikhawatirkan dapat menggiring opini masyarakat, terutama, generasi muda sehingga mengganggap perilaku penyimpangan seksual perbuatan yang biasa dan dapat diterima.
“Dampak-dampak negatif itu tentunya sangat tidak diinginkan. Karena itu penayangan film tersebut perlu dihentikan,” katanya.
Seperti diketahui film ini sudah tayang di bioskop sejak 18 April 2019. Film ini mengangkat kisah tentang perjalanan hidup seorang penari di sebuah desa kecil di Jawa.
Garin Nugroho dikenal sebagai sutradara yang kerap menghadirkan tema-tema variatif tentang Indonesia. Kali ini, ia kembali menghadirkan film yang mengangkat seni dan tradisi. Film garapan sutradara Garin Nugroho ini berkisah tentang perjalanan hidup Wahyu Arjuno alias Juno, seorang penari Lengger, sejak kecil, remaja hingga dewasa. Sebagai penari tarian tadisional Banyumas, Juno tampil seperti perempuan yang gemulai dan luwes, meski ia seorang lelaki.
Film ini mengingkatkan kita pada Dariah, penari Lengger yang meninggal pada 12 Februari tahun lalu di usia 97 tahun. Lengger sendiri di masa lalu kerap dijadikan obyek sasaran politikus. Penguasa dengan dalih kebencian terhadap LGBT dengan mencap penari Lengger sebagai PKI.