Harian Sederhana, Depok – Pendaftaran bakal calon Rektor Universitas Indonesia (UI) akhirnya resmi dibuka, Rabu 10 Juli 2019. Terkait hal tersebut, Panitia Khusus (Pansus) Pemilihan Rektor atau Pilrek UI periode 2019-2024 bakal melibatkan sejumlah instansi, salah satunya ialah Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).
Ketua Pansus Pilrek UI, Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P3CR UI) membuka pendaftaran sampai dengan 2 Agustus 2019. “Tentunya dengan ini kita mengharapkan putra-putra terbaik bangsa untuk ikut mendaftar,” katanya pada wartawan.
Persyaratan-persyaratan yang wajib dipatuhi oleh para calon pendaftar, jelas Wiku, diantaranya usia tidak lebih dari 60 tahun, Warga Negara Indonesia (WNI) dan gelar minimal adalah doktor.
Pada tahapan proses yang transparan ini, pihaknya akan menjaring menjadi 20 orang untuk diserahkan pada Pansus Pilrek yang kemudian dijaring menjadi tujuh dan selanjutnya dari Majelis Wali Amanah (MWA UI) nantinya akan menjadi tiga kandidat.
“Nah dari tiga itulah nanti pada tagl 25 Agustus akan ditetapkan menjadi satu orang. Itu akan melibatkan wakil pemerintah dalam hal ini menteri pendidikan. Kita lakukan secara transparan. Kita menginginkan yang terbaik dan semua terbuka. Kami harapkan teman-teman media berpartisipasi memberitakan hingga proses usai agar semua bisa menyaksikan,” paparnya.
Untuk memastikan latar belakang para kandidat, kata Wiku, pihaknya bakal melibatkan BNPT. Hal ini dinilai penting untuk menangkal adanya paham-paham radikal atau yang berbenturan dengan ideologi pancasila.
“Kita melibatkan BNPT dalam hal ini untuk nasionalisme setia pada NKRI. Saya kira disitu sudah bisa terjawab termasuk kita libatkan dari masalah kesehatan kita libatkan Rumah Sakit Angkatan Darat,” bebernya.
Selain BNPT, pemilihan calon rektor ini juga bakal melibatkan Badan Inteljen Negara (BIN) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau PPATK.
“Saya rasa dari prosse keuangan itu PPATK, kemudian ada laporan pajak dan lain-lain semua sangat transparan kebetulan kan di dalam sendiri ada bagian dari Menteri Keuangan. Nanti sebagai calon pejabat negara wajib melaporkan harta kekayaan,” ucapnya.
Pada hari pertama ini, kata Wiku, pihaknya telah mendapat telepon dari tujuh orang yang ingin mendaftarkan diri. Akan tetapi ia belum bersedia mebocorkan sejumlah nama kandidat tersebut tapi salah satunya disebut-sebut pernah menjabat sebagai rektor di swasta. “Ya kalau bisa kita harapkan ada menteri yang ikut daftar,” katanya.
Target UI
Wiku berharap, pada era kepemimpinan yang baru nantinya, UI dapat menembus lima besar di ASEAN dan bisa berkolaborasi dengan dunia swasta maupun industri untuk mengembangkan riset. “Dengan keterbatasan anggaran kan yang dibutuhkan dunia usaha. Dunia usaha butuhnya apa tinggal koordinasi dengan fakultas,” ucapnya.
Sebagai universitas nomor satu terbesar di Indonesia, lajut Wiku, tentunya UI harus menjadi tolak ukur perguruan tinggi lainnya yang ada di Indonesia.
“Saat inikan harusnya peringat dunia 292, sekarang kita turun menjadi 296 ini merupakan tanggungjawab kita bersama, target paling tidak 200 besar jangan terlalu tinggi sudah lewat itu baru kita tingkatkan lagi,” ungkapnya.
“Kita harus punya rektor yang memiliki pandangan jauh ke depan yang tidak hanya besar di dalm saja tapi juga dapat berkoordiansi dengan dunia luar,” timpalnya lagi.
Sementara itu, Ketua MWA UI, Saleh Husin mengatakan selain fokus pada ranking dunia, UI harus berkontribusi pada pembangunan nasional.
“Kita tentunya akan mengejar untuk bisa dapat ranking dunia karena itu menunjukan kualiats perguruan tinggi. Tapi secara nasional kita harus berkontribusi untuk pembangunan ekonomi nasional dari berbagai aspek,” singkatnya.
(*)