Harian Sederhana – Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Seorang anak berusia 10 tahun menjadi tumbal proyek pembangunan doble track atau jalur ganda Kereta Api Sukabumi-Bogor.
Korban, Muhammad Rifki meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor di Astana Gunung, Kampung Nyalindung RT 03/04, Kelurahan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Kamis (10/1), sekitar pukul 15.30 WIB.
Menurut keterangan saksi mata, saat itu korban bersama lima orang temannya, M. Nur Hilman 7.5 tahun, Mahesa, 6 tahun, Rizki, 10 tahun, Fadil, 9 tahun, dan Adira, 10 tahun (lihat infografis), sedang bermain di kubangan air persis di bawah tebing setinggi sekitar 7 meter. Tiba-tiba tanah tebing longsor dan mengumbur hidup-hidup ke enam anak-anak tersebut.
“Waktu kejadian saya ada di warung yang tak jauh dari lokasi. Enggak hujan, cuaca cerah. Saya kaget begitu dengar suara gemuruh tanah longsor,” kata Dasep Sudrajat, 36 tahun, warga setempat ditemui wartawan koran ini di lokasi longsor, Kamis (10/1) sore.
Dasep menceritakan, karena tahu ada anak-anak yang tertimbun, warga dan para pegawai proyek langsung berusaha menolong para korban. “Saya lihat yang paling parah ada satu anak karena lumayan lama tertimbunnya,” ujarnya.
Warga lainnya, Badilah, 23 tahun, mengatakan, saat itu dirinya berada tak jauh dari lokasi longsor. Tiba-tiba terdengar suara ambruk. Dia langsung berlari ke lokasi dan melihat ada empat anak yang sedang merayap keluar dari timbunan tanah. Anak-anak ini memberitahu masih ada dua kawannya di bawah longsoran tanah, yaitu Rifki dan Hilman.
“Dua anak itu tertimbun secara bertumpuk. Yang meninggal berada paling bawah. Selain tertimbun tanah, anak yang meninggal itu juga tertimpa akar pohon yang ikut ambruk,” ungkap Badilah seperti dikutip dari Sukabumiupdate.com.
Saksi bersama kakaknya, Elis, 27 tahun dan beberapa orang pekerja proyek berusaha menggali tanah hingga berhasil ditemukan seorang anak yang masih hidup. Namun, untuk menolong seorang anak lagi, warga kesulitan. Sebab, posisi korban berada di dasar dan tertimbun akar pohon.
“Saat evakuasi anak satunya lagi warga sudah banyak. Penggalian akhirnya memakai dua alat berat. Satu beko, menahan tebing supaya enggak longsor dan alat satunya lagi menggali. Ada sekitar 20 meberhasil diangkat dan masih hidup,” jelas Badilah.
Saksi lainnya, Elis mengatakan, korban diketahui masih bernapas setelah dievakuasi dari timbunan tanah. Elis yang mengantarkan korban ke puskemas pakai motor. Korban dinyatakan meninggal di rumah sakit.
“Saya antar korban naik motor ke puskesmas. Saya bawa motor, korban dibonceng bersama warga. Tak lama tiba di puskemas datang orang tua korban. Setelah itu saya pulang,” ujarnya.
Kapolsek Cicurug, Kompol Simin A Wibowo menjelaskan, ada enam korban anak-anak dalam musibah tersebut. Lima anak dengan luka ringan dan setu anak meninggal dunia di rumah sakit. Korban meninggal atas nama M Rifki. Jasadnya sudah dipulangkan. Korban lain kondisinya membaik dan sudah bisa pulang,” kata Simin.
Kepolisian Sektor Cicurug, Kabupaten Sukabumi sudah memasang garis polisi di lokasi longsor untuk pengamanan agar tidak ada lagi yang anak-anak yang main di dekat proyek jalur ganda.
“Kami masih dalam penyelidikan. Namun mereka (korban) informasinya sudah beberapa kali diperingati agar tidak main di lokasi,” ungkapnya.
Pengakuan Junaedi, suvervisor proyek menuturkan sudah keempat kalinya mengingatkan anak-anak tidak bermain di sekitar lokasi proyek. Namun anak-anak itu tidak mengindahkannya. “Sudah empat kali kami ingatkan, tapi mereka masih tetap bermain di sana,” terangnya.
Pengamatan di lokasi, garis police line sudah terpasang. Ketinggian tebing yang longsor mencapai 10 meter. Para korban tertimbun ketika bermain di bekas kerukan eskavator, mirip kubangan yang dipenuhi air
Paska musibah longsor tebing makam astana gunung itu, warga setempat mengaku trauma. Mereka khawatir terjadi longsor susulan, apalagi cuaca sering hujan. “Kami jadi takut longsor lagi,” ungkap Dasep. (M.Satiri/Arihta U. Surbakti)