Menu ✖

Mode Gelap

Menu ✖

Mode Gelap

Depok

Soal Pembangunan LRT, Wali Kota Optimis

badge-check


					FOTO ilustrasi : Istimewa Perbesar

FOTO ilustrasi : Istimewa

Harian Sederhana, Depok – Seperti diberitakan sebelumnya, walaupun mendapat cibiran dari segelintir orang dan wacana terkait transportasi publik berbasis rel dianggap mustahil, Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengaku dirinya optimis kalau usulan pembangunan LRT di Kota Depok memungkinkan untuk direalisasi.

Idris menegaskan, wacana pembangunan LRT adalah upaya untuk mengatasi permasalahan kemacetan yang ada di Kota Depok tetap harus dilakukan. Dirinya optimis transportasi berbasis rel dapat direalisasikan, asalkan di support dengan aturan dan anggaran, mengingat dananya yang cukup besar.

Baca juga : (Wacana Wali Kota Bangun LRT Didukung BPTJ)

“Sangat memungkinkan Depok punya LRT. Perlu ditegaskan bahwa LRT itu memang punya pusat, bukan punya daerah. Tapi diberikan wewenang kepala daerah untuk memberikan masukan kepada pemerintah pusat. Ini adalah wacana, mimpi. Kalau pemimpin tidak punya mimpi, jangan pilih jadi pemimpin,” tutur Idris kepada Harian Sederhana, Rabu (29/01).

Menurutnya, transportasi publik berbasis rel diwacanakan karena menjadi salah satu pemecah kemacetan. Apabila pemerintah ngotot dengan transportasi darat akan sangat berat, karena berkaitan dengan penambahan jumlah penduduk dan kendaraan di Kota Depok.

“Teknologi modern tidak ada yang mustahil. Seberapa pun kita lebarkan jalan, kalau penambahan kendaraan sangat pesat tetap tidak akan memadai. Tetap saja terjadi kemacetan,” katanya.

Baca juga : (Mohammad Idris : Pembangunan LRT di Kota Depok Tak Mustahil)

Namun, mengingat negara Indonesia adalah negara hukum, sehingga harus dipenuhi aspek hukumnya. Kementerian Perhuhungan yang akan buat aturannya dan diusulkan ke Presiden. Sedangkan operasionalnya BPTJ.

Idris menceritakan asal mula sampai ada wacana usulan pembangunan LRT di Kota Depok, yaitu dimulai dari kedatangan seorang pakar desain tata kota asal Italia ke UI. Saat itu, dirinya melihat kemacetan di Margonda dan mempertanyakan mengapa tidak menerapkan transpotasi berbasis rel.

“Singkat ceritanya, omongan itu terdengar oleh Pak Bambang (Kepala BPTJ). Pak Bambang ketika diklat ketemu Pak Dadang (Kepala Dishub Depok) disampaikan omongan pakar Italia tersebut. Menurut dia secara kasat mata mungkin. Kalau begitu dilakukan saja feasiability study. Akhirnya diundanglah pakar dari UI, transportasi, termasuk pendesign LRT. Kemudian dilakukan feasiability study, dilihat dari sisi lokasi dari ujung ke ujung, jalannya seperti apa, kontur tanahnya, kelembapan tanahnya,” paparnya.

Selanjutnya, wacana ini disampaikan ke Kementerian Perhubungan. Merasa info itu menarik jika ada LRT di kota metropolitan, Kementerian Perhubungan mengundang Depok untuk melakukan ekspose.

“Makanya sehubungan akan dilakukan revisi RTRW, begitu juga Provinsi Jawa Barat akan disampaikan feasiability studynya. Ini proses masih jangka panjang. Kalau Presiden bisa memasukannya sebagai PSN (Proyek Strategis Nasional), bisa dikerjakan,” katanya.

Orang nomor satu di Kota Depok ini menyebut, untuk wacana pembangunan transportasi berbasis rel ini berdasarkan kajian feasiability study, satu zona biayanya sebesar Rp 3 triliun. Dimana akan ada empat zona atau koridor transportasi berbasis rel yang akan dibangun maka dana yang dibutuhkan sekitar Rp 12 triliun.

“Satu zona itu kan (biayanya) Rp 3 triliun, kalau 4 berarti 3×4, Rp 12 triliun, kan kebanyakan, enggak punya duit maka akan kita jual konsepnya ke investor,” kata Idris.

Meski begitu, wacana ini dikatakan Idris belum sampai ke Presiden, bahkan ke menteri pun belum. Namun, dirinya optimis Depok dapat memiliki transportasi publik berbasis rel tersebut. “Harus optimis, ukurannya ya feasibility study itu, yang kedua ya soal duitnya,” ujar Idris.

Seperti diketahui, Wali Kota Depok, Mohammad Idris belum lama ini bertemu dengan Sekjen Kemenhub perihal membahas wacana tersebut. Salah satu usulan Pemkot Depok ke pemerintah pusat adalah pembangunan empat koridor transportasi publik berbasis rel.

Empat koridor transportasi berbasis rel yang akan dibangun antara lain, koridor 1 sepanjang 10,8 KM yang dimulai dari Transit Oriented Development (TOD) Pondok Cina sampai Stasiun LRT Cibubur, koridor 2 sepanjang 16,7 KM dari TOD Depok Baru sampai Cinere dan diharapkan dapat terkoneksi dengan stasiun MRT Lebak Bulus.

Kemudian, koridor 3 sepanjang 10,7 KM mulai dari TOD Depok Baru sampai Bojongsari, serta koridor 4 sepanjang 13,8 KM mulai dari TOD Depok Baru sampai TOD Gunung Putri. (*)

Facebook Comments Box

Baca Lainnya

Disdik Kota Depok Perbaiki SDN Mekarjaya 29 Secara Bertahap, Pakai BTT

16 Januari 2025 - 09:49 WIB

Atap SDN Mekarjaya 29 ambruk.

Mau Rencana Libur di 2025? Cek Libur Nasional dan Cuti Bersama Di Sini!

15 Januari 2025 - 10:48 WIB

libur nasional dan cuti bersama untuk tahun 2025 melalui Surat Keputusan Bersama (SKB).

Kota Depok Endemis DBD, Ini Jumlah Kasus Selama 2024 Mencapai 4.825 Kasus

27 Desember 2024 - 13:24 WIB

Wamen BUMN Pastikan Sistem Kelistrikan Nasional Aman dan Andal Menghadapi Nataru

26 Desember 2024 - 06:56 WIB

Ratusan Personil Gabungan Siap Amankan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 di Depok

24 Desember 2024 - 13:44 WIB

Trending di Depok