Harian Sederhana, Bogor – Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kota Bogor, sosialisasikan model pembelajaran Teaching Factory (TEFA) atau menggunakan standar kompetensi yang digunakan dalam dunia industri, ke SMK PGRI 4 Kota Bogor.
Dengan pengajaran berbasis kompetensi industri, diharapkan siswa bisa menghadapi tuntutan kebutuhan dunia industri. Penggolongan peserta didik dalam proses teaching factory, berdasarkan kualitas akademis dan bakat atau minat.
Ketua Teaching Factory SMKN 1 Bogor, Nani Maryani menyatakan, sosialisasi ke sekolah-sekolah merupakan bentuk tanggung jawab SMKN 1 Kota Bogor. Siswa dengan kualitas seimbang antara akademis dan keterampilan bakat atau minat, memperoleh persentase yang besar masuk program TEFA.
“Media pembelajaran yang digunakan dalam proses teaching factory juga menggunakan pekerjaan produksi sebagai media,” ujarnya, Selasa (27/8).
SMK PGRI 4 Kota Bogor, lanjut Nani, mendapat program bantuan pengembangan dari Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Dit. PSMK) untuk sosialisasi dan workshop pendampingan model pembelajaran teaching factory. Sekolah tersebut harus bisa mendatangkan sekolah yang telah melaksanakan program TEFA.
“Sejak Mei 2017, SMKN 1 Kota Bogor didaulat menjadi SMK pionir yang melaksanakan TEFA di wilyah Jabodetabek dan telah menjalin kerja sama dengan perusahaan retail, seperti Alfamart. Di sekolah tempat kita sosialisasi, biasanya kita menyampaikan program keahlian bisnis daring dan pemasaran,” tuturnya.
Melalui pembelajaran teaching factory ini, tambahnya, sekolah bisa menumbuhkembangkan karakter serta etos kerja disiplin, tanggung jawab, jujur, kerja sama, dan kepemimpinan setiap siswa. Etos kerja ini dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dari competency based training (membekali kompetensi) menuju production based training (kemampuan memproduksi barang/jasa).
“Kerja sama antara SMK dengan industri dalam pola pembelajaran teaching factory akan berdampak positif guna membangun partnership (mekanisme kerja sama) secara sistematis dan terencana didasarkan atas posisi tawar win-win solution,” jelasnya.
Nani mengungkapkan, penerapan pola pembelajaran teaching factory merupakan interface dunia pendidikan kejuruan dengan dunia industri. Sehingga, terjadi check and balance terhadap proses pendidikan pada SMK untuk link and match (menjaga dan memelihara keselarasan) dengan kebutuhan pasar kerja. BP. Sianturi/Sud