Harian Sederhana – Memiliki tubuh sehat menjadi dambaan setiap orang. Beragam cara ditempuh untuk mendapatkan kondisi badan agar tak terserang penyakit. Agar selalu fit, masyarakat pun menjalankan pola hidup sehat, yakni dengan berolah raga dan mengonsumsi makanan dan minuman bernutrisi.
Salah satu cara menjaga nutrisi tubuh adalah dengan rutin menyantap buah-buahan. Tak hanya memakannya, mereka juga mengonsumsi jus buah. Namun demikian, karena padatnya aktivitas banyak orang cenderung malas membuat jus buah sendiri, sehingga akhirnya mencari produk jus atau sari buah dalam kemasan nan praktis.
Fenomena tersebut ditangkap sebagai peluang bisnis prospektif. Para pelaku usaha berlomba-lomba memproduksi minuman sari buah dalam kemasan. Selain menawarkan minuman sari buah yang segar dan sehat, mereka juga mengedepankan kreasi, inovasi, serta kemasan modern.
Pelaku usaha yang memproduksi olahan buah-buahan adalah Tanti Guntari. Berawal dari pelatihan budidaya lidah buaya yang diadakan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Depok di tahun 2009, dirinya pun mendapatkan bibit lidah buaya.
Sambil menunggu bibit itu tumbuh, dirinya pun belajar bagaimana cara mengolah lidah buaya menjadi olahan seperti minuman yang segar, sehat dan aman untuk dikonsumsi. Berjalan seiringnya waktu, dirinya pun pelan-pelan mengolah buah lainnya seperti belimbing, jambu dan lain sebagainya.
Tanti sendiri memproduksi minuman sari buah yang diberi nama TanOLAVERA. Bahan-bahan yang digunakan sendiri tentunya bahan yang berkualitas dan segar agar kesegarannya dapat dirasakan sampai ke tangan pembeli.
“Dalam memproduksi sari buah sendiri saya mendapatkan buah-buahan langsung dari petani. Seperti belimbing yang saya dapat dari petani di Tapos dan wilayah lainnya khususnya yang ada di Kota Depok,” tuturnya kepada Harian Sederhana.
Untuk sari buah belimbing sendiri, Tanti menggunakan belimbing yang berasal dari petani di Tapos. Ia menambahkan, belimbing sendiri ada beberapa tingkat atau grade. Grade A untuk supermarket, grade B untuk pasar tradisional dan grade C itu biasanya dibawa oleh tengkulak.
“Belimbing grade C itu dulunya sebelum diolah itu hanya dibawa ke tengkulak. Yang membedakan belimbing jenis ini hanya ukurannya saja. Untuk rasanya tetap enak,” katanya.
Untuk memproduksi sari buah TanOLAVERA sendiri, dirinya menggunakan buah-buahan segar, air dan gula. Perbedaannya dengan sari buah ini dengan yang lainnya adalah minuman ini asli buah tanpa perisa. Dalam produksinya sendiri, Tanti membutuhkan bahan baku sebesar ratusan kilogram buah.
“Untuk jumlah produksi sendiri, saya memproduksi 200 botol per harinya. Satu botolnya dibanderol dengan harga Rp8 ribu. Harga ini tentu terjangkau dan sari buah ini bisa dikonsumsi oleh siapa saja, baik muda maupun tua,” katanya.
Dia mengatakan, sari buah yang diproduksi sendiri selain lidah buaya dan belimbing ada juga jeruk, kedondong, lemon dan nanas. Tanti juga menjamin produk minumannya sendiri dari bahan pengawet dan dapat dikonsumsi paling lama selama tiga bulan sampai enam bulan.
Ketika disinggung soal omset sendiri sudah mencapai jutaan. Omsetnya sendiri bisa naik dan turun lantaran disebabkan banyaknya pesanan. Tanti juga mengaku kendala yang dia hadapi yaitu bahan baku yang terkadang mengikuti musim.
“Kendala dalam usaha sih ada. Salah satunya pasokan buah ya. Apalagi ada juga buah yang saya dapat bukan dari petani,” imbuhnya.
Tanti juga menyebut kalau produknya sendiri dijamin aman dan halal. Ini dikarenakan TanOLAVERA sendiri sudah mendapatkan sertifikat halal dan telah mendapatkan izin dari Dinkes.
“Untuk anak-anak muda milenial, jangan sampai tidak mencoba TanOLAVERA. Segar dan bisa memuaskan dahaga kita. Selain itu sehat dan menyegarkan,” tandasnya. (Wahyu Saputra)