Harian Sederhana, Depok – Datangnya bulan Ramadhan disambut penuh kegembiraan oleh umat Muslim terbesar di dunia. Namun, bulan pengendalian diri ini, termasuk dalam pola konsumsi, oleh sebagian besar masyarakat justru melonjak tinggi.
Malah ada kecenderungan pola konsumsi berlebihan, sehingga tak sedikit orang yang naik berat badannya di bulan puasa. Pola konsumsi yang tinggi pada bulan Ramadan ini beriringan dengan efek lainnya, sebut saja meningkatnya hasil sampah makanan.
Menurut sebuah lembaga internasional, Indonesia disebut sebagai salah satu negara dengan penghasil sampah makanan terbesar di dunia. Tahun lalu, Pusat Makanan dan Nutrisi Barilla mencatat Indonesia membuang sampah makanan terbesar kedua dengan jumlah mencapai 300 kilogram per orang per tahunnya.
Meningkatnya volume sampah pada bulan Ramadan ini terjadi pula di Kota Depok. Sampah di Kota Belimbing mengalami peningkatan cukup tinggi sejak sepekan bulan suci Ramadhan. Imbasnya, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di kawasan Cipayung, pun semakin kelebihan beban.
Kepala Unit Pelayanan Teknis TPA Cipayung, Ardan Kurniawan mengungkapkan, jika biasanya volume sampah warga mencapai 850-900 ton/hari, kini sejak memasuki bulan suci Ramadhan, sampah yang dihasilkan mencapai kisaran 1.111 ton/hari.
“Jadi memang cenderung dari tahun ke tahun naik sangat luar biasa pada bulan Ramadan. Ditambah nanti pada saat Idul Fitri diprediksi akan lebih meningkat lagi,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya pada Selasa (14/5/19).
Pemicu utama terjadinya lonjakan sampah, jelas Ardan, selama Ramadan daya beli masyarakat tinggi dan cenderung berprilaku konsumtif. Hal ini dapat dibuktikan dengan ramainya sejumlah rumah makan atau restaurant cepat saji saat waktu berbuka puasa.
Ardan mengatakan, gundukan sampah di TPA Cipayung saat ini telah mencapai setinggi 23 meter dari sebelumnya yang hanya sekira 20 meter dari permukaan tanah.
“Ketinggian itu sebenernya enggak boleh lebih sampai 20 meter. Tapi kita usahakan, kita pindahkan lagi ke area yang memungkinkan, jadi tingkat ketinggian dan kemiringan masih bisa dikendalikan,” katanya.
Dirinya mengungkapkan, meski volume sampah mengalami peningkatan pada bulan suci Ramadhan, namun DLHK memastikan proses layanan tetap berjalan seperti biasa.
“Sementara tidak ada penambahan armada, kelebihan ini mungkin dilihat dari mengangkutnya, yang biasa sekali jalan jadi dua kali hingga tiga kali jalan (angkut),” tuturnya
Kemudian Ardan mengimbau, mengingat kondisi TPA yang sudah over kapasitas, sudah tidak bisa menampung lebih banyak lagi maka diharapkan masyarakat untuk memilah sampah mulai dari sumber, organik non organik dipilah, ditaruh di ember yang sudah disediakan dan setelah itu dikirim ke Unit Pengolahan Sampah atau UPS di masing-masing wilayah.
Jika masyarakat kreatif, sampah non organik bisa didaur ulang sendiri, bisa jadi kerajinan yang memiliki nilai jual. Kemudian jika sudah memilah, sampah yang dikirim ke TPA tinggal sampah residu atau sampah yang sudah tidak bisa didaur ulang kembali.
“Kalau masyarakat sudah berbuat sedemikian rupa, sudah memilah otomatis beban TPA itu akan berkurang. Yang tadinya 900 ton/hari, dengan memilah bisa berkurang menjadi sekitar 200-300 ton atau jadi sekitar 600 tonan/hari yang masuk ke TPA,” pungkas dia.
(*)