Menu

Dark Mode
Perjuangan Nanu Membangun Bisnis Advertising Mulai Bisnis WO dari Nol, Kini Teh Yani Kantongi Omset Ratusan Juta Per Bulan

Depok

Zonasi Korbankan Siswa Berprestasi

badge-check


					Walikota Depok Muhammad Idris. (Harian Sederhana) Perbesar

Walikota Depok Muhammad Idris. (Harian Sederhana)

“Kan sekarang sudah era digital, kenapa tidak mengambil nomor antrian melalui internet sehingga tidak terjadi penumpukan. Nih kayaknya sangat ketinggalan sekali dari sistem yang harusnya sudah ada,” katanya.

Dia menegaskan, sistem zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dinilainya juga tidak adil. Pertama, dengan dikembalikannya kewenangan SMA/SMK ke provinsi membuat permasalahan menjadi lebih jauh tidak dekat kepada pemerintah Kabupaten Kota, sehingga ketika kita ingin berbuat sesuatu meminta masukan sesuatu menjadi jauh.

“Yang kedua adalah ketidaksiapan dalam pemerataan sekolah di setiap tempat. Menurut saya di Jawa Barat belum tepat dilakukan sistem ini karena jumlah SMA/SMK yang ada masih sedikit. Kasihan kan masyarakat yang memiliki kemampuan baik tapi tidak bisa masuk lantaran tempat tinggalnya tidak ada satu pun yang dekat dengan SMA/SMK favorit atau SMA/SMK negeri yang ada di sekitar mereka,” papar pria yang akrab disapa IBH tersebut.

Bila jumlah sekolah sudah cukup, lanjutnya, boleh-boleh saja memberlakukan sistem tersebut. Namun, karena jumlah SMA/SMK negeri masih terbatas maka diharapkan sistem ini untuk dihapuskan.

“Kalau sudah banyak sih menurut saya mangga silahkan, tapi karena ini baru sedikit tidak memadailah (jumlah sekolah-red) dengan kondisi masyarakat di Kota Depok. Jumlah sekolah dengan jumlah penduduk Kota Depok tidak seimbang. Karenanya, perlakuan zonasi ini harus dihapus,” bebernya.

IBH juga menyebut Pemprov Jabar khususnya Dinas Pendidikan dinilai belum siap menerapkan PPDB dengan sistem zonasi. Ditambah lagi dari sisi sosialisasi yang dinilai kurang ke masyarakat.

“Pertama sosialisasi, bisa dibilang babak belur atau ambur radulnya PPDB lantaran Disdik Jabar minim mensosialisasikan sistem PPDB. Sehingga masyarakat tidak mengerti bagaimana caranya sehingga terjadi penumpukan orang tua siswa seperti dua hari belakangan ini,” katanya.

“Yang kedua adalah tadi bahwa sistem bertemu langsung antara pendaftar dengan sekolah membuat Jawa Barat menjadi provinsi yang sangat tertinggal. Apalagi bila dibandingkan dengan DKI Jakarta dan Jawa Timur yang jauh lebih maju,” katanya.

Untuk itu, dia menilai pemerintah pusat ataupun Pemprov Jabar segera mengkaji ulang sistem ini terutama dari prosentasi jumlah yang masuk sistem zonasi.

“Kalau saya berharap hanya 50 persen, 30 persen dari jalur akademik, 10 persen dari prestasi maupun yang Hafiz Quran, prestasi olahraga dan lain sebagainya diutamakan lah ya. Nah sisanya baru zonasi,” kata Imam.

Jika zonasi masih ingin diberlakukan di 2020 maka

Jabar harus punya SMA/SMK yang cukup agar semua warga bisa masuk sekolah dekat rumahnya. Jika belum bisa maka prosentasi zonasi dibatasi misalnya 50 persen zonasi 30 akademis 20 prestasi.

“Kalau bisa dilakukan tahun ini mudah-mudahan bisa diusulkan dari warga Depok,” imbuhnya.

(*)

 

Facebook Comments Box

Read More

Sibuk Kampanye Pilkada, Calon Wali Kota Depok Imam Budi Hartono Juara Lomba Penulisan Tingkat Nasional

10 Oktober 2024 - 12:42 WIB

Kocak Heri Hore Sebut Istilah ‘Orang Miskin Dilarang Sakit’ Tidak Berlaku di Kota Depok

4 Oktober 2024 - 09:42 WIB

Sebelum Penetapan Calon, Imam Budi Hartono Didoakan Ratusan Wali Santri Dan Alumni Gontor

22 September 2024 - 17:09 WIB

Jelang Penetapan Calon Walikota Dan Wakil Wali Kota Depok, Ratusan Wali Santri, Alumni Gontor mendoakan Imam Budi Hartono sukses dalam Pilkada tahun 2024.

Pemeritah Kota Depok Bangun Eco Park di Tahura Cagar Alam, Imam Budi Hartono: Seperti Kebun Raya Bogor

21 September 2024 - 17:29 WIB

Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono. Dok. Biznisku.id

Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono Lepas Ratusan Santriwati ke Pesantren Gontor di Masjid At Thohir

21 September 2024 - 17:15 WIB

Trending on Depok